KOREA Selatan (Korsel) merupakan salah satu dari beberapa
negara yang masih mempertahankan wajib militer (wamil) bagi warga negaranya,
khususnya laki-laki. Mereka wajib menjalankan tugas militer selama dua tahun.
Ada negara tetangga Indonesia yang juga mengharuskan
wamil, yakni Singapura dan Vietnam. Namun, wamil di Singapura hanya setahun,
sedangkan di Vietnam para lelakinya boleh memilih ingin bergabung atau tidak.
Namun, untuk laki-laki Korsel mereka tak punya pilihan karena sifatnya wajib.
Saya punya teman yang sekarang sedang bertugas sebagai
military service dan akan ada satu teman lagi yang akan ikut program serupa
tahun ini. Nah, semua pria yang sudah cukup umur atau berusia 18 tahun ke atas
akan mendapat panggilan melalui surat untuk melaporkan kesiapannya ikut wamil.
Surat itu akan datang tiga kali. Respons untuk panggilan pertama dan kedua
masih bisa ditunda, tapi tidak untuk panggilan terakhir.
Tentu saja regulasi ini dibuat dengan sangat jelas dan
tegas, tapi tetap dengan pengecualian beberapa orang boleh tidak mengikutinya
setelah diinvestigasi bahwa mereka memang tidak dapat melaksanakan tugas ini.
Tidak ada yang bisa menolak bahkan artis sekalipun contohnya tahun 2004 publik
di Korsel dikejutkan oleh terbukanya hasil investigasi bahwa dua aktor kenamaan
memanipulasi hasil pemeriksaan kesehatan agar lolos dari kewajiban militer.
Namun, karena skandal tersebut pada tahun itu juga mereka harus melakukan tugas
sebagai tentara aktif.
Kenapa tugas ini begitu menakutkan? Teman saya bercerita,
mereka benar-benar akan di karantina selama dua tahun dan benar-benar berhenti
melakukan kegiatan yang lain seperti kuliah, kerja, dan kalau artis berarti
tidak boleh tampil di televisi selama periode itu juga. Namun, mereka akan
diberi kemudahan oleh pihak kampus atau tempat bekerja sehingga setelah cuti
selama dua tahun mereka bisa melanjutkannya kembali tanpa ada yang dirugikan.
Artis terkadang memang lebih susah karena panggilan itu bisa datang pada saat
mereka sedang tenar. Namun, tak boleh ada yang melanggar. Jika melanggar,
sanksinya mereka harus mengulang kewajiban yang satu ini. Contohnya saja Psy,
penyanyi yang terkenal dengan single Gangnam Style ini wajib mengulang tugasnya
sebagai tentara aktif karena terbukti tampil di televisi kala itu.
Tak hanya itu, mereka benar-benar tidak dapat
berkomunikasi dengan bebas ketika berada dalam posisi tentara aktif sehingga
banyak yang kemudian putus hubungannya dengan lawan jenis, mereka bahkan tak
boleh aktif di media sosial.
Ada empat kategori wamil di Korsel. Tingkat pertama
adalah tentara aktif apakah itu angkatan darat, laut, dan udara atau ikut
militer Amerika untuk ditempatkan di perbatasan. Golongan kedua adalah mereka
yang masih akan bekerja di instalasi militer. Golongan ketiga, mereka yang akan
menjadi petugas untuk membantu orang di subway station, kantor polisi, kantor
pemadam kebakaran, ataupun lainnya. Nah, kabarnya, yang paling enak adalah
golongan terakhir, yakni mereka yang dengan keahlian tertentu akan bekerja di
kantor pemerintah sebagai pegawai negeri sipil.
Namun, tidak ada yang bisa memilih ingin masuk golongan
apa. Semuanya melewati tes. Keputusan terakhir akan diambil setelah tes
kesehatan selesai. Contohnya teman saya, dia menjadi wamil pada golongan tiga
karena setelah melewati semua persyaratan ia gagal menjadi tentara aktif karena
terlalu kurus dan punya masalah tulang. Tapi semuanya harus tetap melewati
pelatihan selama lima minggu di pangkalan militer yang ditunjuk, baru setelah
itu menjalankan tugas military service.
Kalau bicara masalah wamil di Korsel ini ngeri-ngeri
sedap karena mereka memang mempunyai “musuh yang nyata” di sebelah negaranya.
Jadi, tak heran jika beberapa di antara warganya takut menerima panggilan
wamil, seperti yang dilakukan seorang penyanyi tahun 2002. Dia malah memilih
untuk mengajukan diri sebagai warga negara Amerika Serikat secara naturalisasi
beberapa saat sebelum harus melaporkan diri ikut wamil di negerinya. Dia memang
bebas dari kewajibannya untuk wamil, namun Pemerintah Korsel mendeportasinya
dan melarang ia kembali.
#Khiththati - Tulisan ini sudah di publikasikan di Koran Serambi Indonesia