Hari ini Tanggal 6 Juni 2014 suara sirine itu
berbunyi selama satu menit di seluruh penjuru negeri di Korea Selatan, tak
hanya itu bendera pun di naikkan setengah tiang. Hari ini tepat 59 tahun
peringatan Korea Memorial Day. Sebenarnya tidak hanya Korea Selatan saja yang
mempunyai memorial day beberapa negara lain juga memperingatinya. Di negeri
Gingseng hari ini di dedikasikan untuk mengigat orang orang yang terbunuh
selama perang Korea antara tahun 1950 -1953 yaitu perang saudara antara Korea
Selatan dan Korea Utara.
President Park Geun-Hye juga memberi pidato nya di
gedung The Seoul National Cemetery di Seoul serta banyak juga warga Korea yang
datang untuk memberi penghormatan dan doa. Saya mendengar sirine satu menit di
dalam kamar dengan penuh keheningan karena memang di harapkan selama satu menit
ini seluruh warga berhenti beraktifitas dan berdoa.
Memorial Day merupakan hari libur nasional dan
banyak warga yang memilih berpergian bersama keluarga salah satunya dengan
mengunjugi taman atau museum. Salah satu cara yang di lakukan untuk memperigati
hari bersejarah ini adalah dengan mengunjungi Museum Perang atau The War
Memorial Of Korea. Seperti kebanyakan warga lain saya juga memilih untuk
melihat museum parang terbesar di Korea Ini di tengah terik matahari musim
panas tempat ini di padati banyak pengunjung.
Museum ini mempunyai tiga lantai yang memiliki
banyak ruang pameran yang di rancang berbentuk pajangan, audio dan audio visual
bahkan ada ruangan khusus untuk pengunjung untuk merasakan pengalaman menembak
saat perang atau ruangan di mana para penunjung bisa merasa pengalaman di bom
dengan pesawat F-15 yang di pakai selama perang dengan teknologi 3D selama 7
menit.
Museum yang mempunyai motto “ Telling the moving
story of the people of Korea” juga mempunyai ruang terbuka untuk menampilkan
berbagai pesawat tempur, Tank bahkan gambaran kapal perang. Bahkan museum ini
mempunyai sejarah perang lengkap mulai dari masa kerajaan- kerajaan masa lalu,
perang korea, pasukan korea yang di kirim sebagai pasukan penjaga keamanan PBB
di negara lain sampai peristiwa di perbatasan dengan Korea Utara sampai tahun
2010. Bahkan hubungan dengan negara-negara yang telah membantu selama perperang
terjadi.
Saya memasuki museum melalui pintu sebelah kiri, bau
dupa berhamburan di udara dan bunga yang terletak di lantai ternyata lorong ini
di peruntuhkan untuk mengigat mereka yang sudah meninggal selama perang ada
ratusan nama terpajang di sepanjang lorong tercatat kapan dan dalam peristiwa
apa.
Diantara semua displays yang di pajang di dalam dan
luar museum ada sebuah memorial patung sangat terkenal yang di beri nama the
statue of brothers yang di maknai sebagai perlambang yang sering terlupakan
dari perang. Patung ini adalah gambaran dari kisah nyata bagaimana dua saudara
berperang yang satu membela Korea Utara dan yang lainnya membela Korea Selatan
hingga mereka akhirnya saling berhadapan di area peperangan namun pelukan
mereka seperti yang di patung mengambarkan cinta, perdamaian dan pengampunan.
Kisah Ini sendiri telah di filmkan dengan judul Tae Guk Gi: The Brotherhood of
War pada tahun 2004.
Ruang An Entirely New War juga penuh kenangan, di
tempat ini kita dapat mendengar cerita seorang kakek tentang peristiwa yang
dialaminya beberapa puluh tahun lalu saat ia berusia 20 tahun berperang dalam
musim dingin buruk dan mengungsi dengan melintasi sungai Han yang membeku,
dengan tampilan 3D kisah itu memperlihatkan bagaimana buruknya perang dan
betapa tidak enaknya terusir dari rumah secara paksa. Di buat dengan bahasa
ringan seperti percakapan kakek dan cucunya membuat banyak orang tersentuh
mendengar dan melihatnya seperti beberapa orang di samping saya.
Banyak yang buruk yang terjadi karena perang juga
menjadi pesan tersendiri, bagaimana banyak saudara yang tiba-tiba terpisah dan sampai
sekarang tidak dapat bertemu. Museum ini merupakan cara orang Korea melawan
lupa apa yang telah terjadi pada mereka dan juga untuk melihat kebelakang untuk
refleksi dan melihat apa yang salah. Aceh juga mempunyai Museum HAM jika itu di
kelola dengan baik tentu saja bisa menjadi aset tak hanya untuk wisata namun
telebih penting untuk belajar dari masa lalu.
Sebagimana hebatnya angkatan perang namun perang
selalu menimbulkan kesedihan. Mengutip kata-kata kakek di Ruang An Entirely
“Kami dulu pernah terusir dan terpisah jangan sampai kalian di masa sekarang
juga merasakan hal yang sama”.
Khiththati, Belajar Bahasa Korea Di Sogang
University Korea Selatan (Tulisan Ini Telah Di Publikasikan Di Koran Serambi Indonesia)