Hongde yok ibnida, this
stop is Hongik University Stasiun. Sekilas melihat tangan jarum sudah menunjukan
angka 12 tepat ini subway terakhir hari ini.
“Pokoknya kamu jemput
ngak mau tau alasannya” pesan tampil di layar SNS .
“Kamu sampainya terlalu
malam, naik bus aja kemari “ balas ku cepat.
“Dalam rangka
penghematan mau naik train aja bawaan banyak butuh kuli hehehe” balasnya lagi di
tambah emoticon tertawa.
“Sial, awas ya kalau
nggak bawa sambal” balasan terakhir yang menandakan aku luluh.
Jauh dari negara
tercinta semuanya berasa kurang sambal apalagi saat rindu. Percakapan dua hari
yang lalu itu menuntun kaki menuju bandara.
Perjalanan dari Inchoen menuju Sinchon menggunakan subway hanya membutuhkan waktu 45 menit namun karena kereta
untuk stasiun ini berakhir 15 menit sebelum tengah malam terpaksa berjalan kaki
lumayan jauh pulang ke asrama nanti karena turun di stasiun terdekat.
Musim dingin di Korea
Selatan sudah hampir mencapai puncaknya, udara yang dingin dan lembab membuat
banyak orang memilih berdiam diri dirumah sambil merasakan hangatnya ondol.
Tepat jam 10 malam tanda jam dinding bandara namun yang di tunggu belum juga menampakan
batang hidungnya.
Hari ini bandara
sedikit sepi. Namun dari sedikit orang yang lalu lalang tidak terdengar sama
sekali namaku di panggil. Hampir 2 jam berlalu aku memutuskan pulang mengejar
subway terakhir.
“Awas ya nanti, lihat
saja kalau sudah sampai” gumanku dalam hati kesal.
Berada dalam kereta
menuju kampus mengigatkan peristiwa 6 bulan lalu saat pertama kali menginjakkan
kaki ke negeri gingseng sebagai penerima beasiswa belajar bahasa di salah satu
kampus yang ada di Seoul. Saat itu ada seorang perempuan muda yang menabrak ku
dengan kopernya yang besar. Pertemuan pertama dengan gadis ceria nan nyentrik
asal Jakarta namanya Sista. Berasal dari indonesia menjadi alasan kami menjadi
dekat.
Selama itu juga kami
berbagi banyak hal dari makanan, uang, belanjaan sampai contekan (yang ini
jangan di tiru). Sebulan yang lalu saat liburan musim dingin tiba ia memilih
pulang kampung kangen rumah katanya dengan janji kembali dengan banyak makanan
Indonesia, membayangkan sambal dan rendang membuat ngiler sendiri makanan
disini berasa kurang pedas semua. Kalau restoran indonesia agak mahal memanglah
nasib anak rantau.
Tepat tengah malam yang
dingin, aku turun di Hongdae statiun dan memulai jalan kaki. Hongdae adalah
singkatan dari Hongik University kawasan tempat anak muda berkumpul, ada banyak
restoran, cafe, toko baju hingga cosmetik shop yang buka hingga larut tak heran
tempat ini tetap ramai walau tengah malam.
Berdua kami sering
menikmati musik jalanan, makan tokpokki, mencoba make up gratis atau sekedar cuci
mata.
Memilih keluar melalui
exit 1 membuat aku tidak berjumpa dengan banyak orang. Tiba tiba agin bertiup
kencang bergegas merapatkan jaket dan
berjalan cepat karena asrama masih harus di tempuh 30 menit. Angin membuat suhu
yang tadinya hanya -12 derajat terasa -15 bertambah sudah ketidak beruntungan
malam ini.
“ Sial” Gerutuku dalam
hati.
Baru lima menit
berjalan terlihat bayangan orang berjalan pelan membawa dua koper besar.
“ itu pasti Sista”
pikirku tanpa berfikir dua kali langsung berlari dan menepuk bahunya. Terasa
dingin.
“Ya ampun sis ngapai
juga disini bukanya udah minta jemput di bandara, dasar” kataku panjang lebar
sambil mengambil satu koper dari tangannya.
“Dingin banget ya”
tambahku lagi.
Ia hanya menjawabnya
dengan angukan.
“Pakai baju berapa
lapis? Tangan juga dingin banget napa nggak pakai sarung tangan?” tanya ku lagi
hanya di jawab dengan angukan untuk kedua kalinya di tambah senyum.
Mungkin capek kali ya
pikirku dalam hati setelah melihat dua bawaannya.
“Mau makan dulu nggak?
Itu ada gerobaknya”
Dia menggeleng pelan.
“ Kalau begitu kita
bungkus aja okey” dengan cepat kami menghampiri tenda kecil di pinggir jalan.
“Aneyong Haseo, Ajushi
tokpokki ie inbun juseyo” pinta ku.
“Mianhae yo, jigem
obsoyo” jawab sang penjual yang sibuk berberes.
“Wah kurang beruntung
kita Sis kehabisan” kataku sambil berjalan perlahan.
“Agashi noe kwenchana
yoe” tiba tiba penjual tokpokki bertanya sebelum kami terlalu jauh.
“Ne, uri chogem chua yo
hajiman kwenchana yo, ajushi aneyong higasieyo” jawabku lagi sambil tersenyum
dan terus menarik koper mendekat gerbang kampus.
Sampai di gerbang kami
berpapasan dengan penjaga yang sedang berkeliling memeriksa keamanan ia tampak
menyeramkan walaupun sebenarnya cukup ramah.
“Terlambat lagi ya”
tanyanya dalam Bahasa Korea yang kental.
“Iya pak jemput teman
dibandara eh ternyata jumpanya di sana, mana kopernya berat lagi” jawabku
seadanya.
“Kamu baik baik saja?”
tanya si penjaga lagi.
“Baik pak, tapi
mengantuk dan lelah tengah malam masih narik narik koper ya nggak Sista?”
jawabku sambil melirik sahabatku itu.
Penjaga gerbang kampus
cukup mengenal kami, karena sering pulang terlambat saat akhir pekan tiba
maklum waktu itu masih belum terbisa sehingga sering nyasar.
Jalan menuju asrana
sepi sebagian besar mahasiswa libur. Salju menumpuk di sepanjang jalan.
Lampunya redum tempat besar ini terlihat suram.
“Sis maaf ni aku balik
kekamar ya soalnya ada roomet dia nggak pulang ambil winter class”ujarku sambil
pamit di depan kamarnya.
Setiap mahasiswa asing
disini memang di pasangkan dengan pelajar lokal agar cepat beradaptasi katanya.
Sista tinggal di lantai dasar sementara kamar ku ada di tingkat 3.
Tiba tiba sista
berpaling sambil berkata “ chingu ya nomu gumawo”
Sejenak merinding “
tumben jangan aneh aneh takut ni” jawabku sambil berlalu.
Sampai di kamar, ganti
baju langsung merebahkan diri di tempat tidur.
“ Kok telat ketinggalan
lagi ya” tanya roommet yang terbangun karena berisik.
“Iya” jawabku singkat.
Bangun kesiangan buru
buru ke kantin namun tidak menemukan sista disana masih tidur mungkin pikirku
bergegas kembali ke asrama. Di tengah jalan tidak sengaja berpapasan dengan
penjaga asrama.
“ Kamu baik baik saja
kan?” tanyanya.
“Saya baik pak,
sekarang saja sedang lari lari, memangnya kenapa sih pak?” kataku berbalik
tanya.
“Ah semalam saya lihat
kamu keliling sambil tarik tarik sesuatu, sendiri lagi tengah malam” ceritanya.
Bapak yang satu ini
memang hobby bercanda.
“Oh itu sama teman pak
bukan sendiri” jawabku lagi.
“Kalau kamu pikir saya
bohong silahkan datang kekantor nanti bisa di lihat CCTVnya datang sama
temannya juga” jawabnya lagi sambi tersenyum.
“Hari ini benar benar
aneh, belum lagi mimpi semalam” gumanku dalam hati. Dalam mimpi sista datang
sambil tersenyum dan bilang terima kasih.
“Eh kamu semalam kemana
aja? Udah balik telat dengan baju basah di kamar lumpur dimana mana pagi pagi
bangun harus bersihin kamar” Omel roomet sesaat baru sampai kamar.
“Ni orang kenapa lagi“
pikirku.
“Dari bandara jemput
sista jam 1 udah ada di asrama kok” jawabku nggak mau kalah.
“Bohong banget, kamu
itu pulangnya jam 6 pagi, hayo ngaku pergi kemana lagi pula mana mungkin Sista
disini pesawatnya kecelakaaan tadi jumpa Soe Hi roometnya belum ada kabar sampai
sekarang” katanya nya lagi.
“Serius, itu nggak
mungkin kamu pasti bercanda semalam sama Sista kok” kata ku lagi tidak mau
kalah.
“Terlalu syok ya atau
belum tahu Cek internet kalau nggak percaya?”
Kecelakaan pesawat di
laut, sepuluh penumpang dinyatakan hilang yang lainya berhasil diselamatkan
data data korban belum bisa di konfirmasi.
Jadi yang semalam
siapa, terbanyang wajah Sista tersenyum.
Tiba tiba pesan masuk
ke Inbox SNS dari Sista.
“Sob, kemana aja kok
nggak datang? Makan Tokpokki Yuk”
“Onnie Otoke, Onnie...”
Lampu Padam.
Kosa
Kata :
Subway : sebutan untuk
Kereta Api Listrik di Korea Selatan
Aneyong Haseo : Hallo
Ajushi Tokpokki du
inbun juseyeo : Paman pesan Tokpokki untuk dua orang.
Mianhae yoe, jigem
Obsoyoe : Maaf, sekarang sudat tidak ada.
Agashi Noe Kwenchana? :
Agashi (Panggilan untuk perempuan) apa kamu baik baik saja?
Ne, Uri chogem Chua yoe
hajiman kwenchana yoe : iya kami sedikit kedinginan tapi baik.
Onnie Otoke : bagaimana
ini kak?
Tokpokki : kue beras
dengan saus merah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar