Senin, 22 September 2014

Dua Sahabat (Cerpen)

Hongde yok ibnida, this stop is Hongik University Stasiun. Sekilas melihat tangan jarum sudah menunjukan angka 12 tepat ini subway terakhir hari ini.


“Pokoknya kamu jemput ngak mau tau alasannya” pesan tampil di layar SNS .
“Kamu sampainya terlalu malam, naik bus aja kemari “ balas ku cepat.
“Dalam rangka penghematan mau naik train aja bawaan banyak butuh kuli hehehe” balasnya lagi di tambah emoticon tertawa.

“Sial, awas ya kalau nggak bawa sambal” balasan terakhir yang menandakan aku luluh.
Jauh dari negara tercinta semuanya berasa kurang sambal apalagi saat rindu. Percakapan dua hari yang lalu itu menuntun kaki menuju bandara.

Perjalanan dari Inchoen menuju Sinchon menggunakan subway hanya membutuhkan waktu 45 menit namun karena kereta untuk stasiun ini berakhir 15 menit sebelum tengah malam terpaksa berjalan kaki lumayan jauh pulang ke asrama nanti karena turun di stasiun terdekat.
Musim dingin di Korea Selatan sudah hampir mencapai puncaknya, udara yang dingin dan lembab membuat banyak orang memilih berdiam diri dirumah sambil merasakan hangatnya ondol. 

Tepat jam 10 malam tanda jam dinding bandara namun yang di tunggu belum juga menampakan batang hidungnya.

Hari ini bandara sedikit sepi. Namun dari sedikit orang yang lalu lalang tidak terdengar sama sekali namaku di panggil. Hampir 2 jam berlalu aku memutuskan pulang mengejar subway terakhir.
“Awas ya nanti, lihat saja kalau sudah sampai” gumanku dalam hati kesal.

Berada dalam kereta menuju kampus mengigatkan peristiwa 6 bulan lalu saat pertama kali menginjakkan kaki ke negeri gingseng sebagai penerima beasiswa belajar bahasa di salah satu kampus yang ada di Seoul. Saat itu ada seorang perempuan muda yang menabrak ku dengan kopernya yang besar. Pertemuan pertama dengan gadis ceria nan nyentrik asal Jakarta namanya Sista. Berasal dari indonesia menjadi alasan kami menjadi dekat.

Selama itu juga kami berbagi banyak hal dari makanan, uang, belanjaan sampai contekan (yang ini jangan di tiru). Sebulan yang lalu saat liburan musim dingin tiba ia memilih pulang kampung kangen rumah katanya dengan janji kembali dengan banyak makanan Indonesia, membayangkan sambal dan rendang membuat ngiler sendiri makanan disini berasa kurang pedas semua. Kalau restoran indonesia agak mahal memanglah nasib anak rantau.

Tepat tengah malam yang dingin, aku turun di Hongdae statiun dan memulai jalan kaki. Hongdae adalah singkatan dari Hongik University kawasan tempat anak muda berkumpul, ada banyak restoran, cafe, toko baju hingga cosmetik shop yang buka hingga larut tak heran tempat ini tetap ramai walau tengah malam.

Berdua kami sering menikmati musik jalanan, makan tokpokki, mencoba make up gratis atau sekedar cuci mata.

Memilih keluar melalui exit 1 membuat aku tidak berjumpa dengan banyak orang. Tiba tiba agin bertiup kencang bergegas merapatkan jaket  dan berjalan cepat karena asrama masih harus di tempuh 30 menit. Angin membuat suhu yang tadinya hanya -12 derajat terasa -15 bertambah sudah ketidak beruntungan malam ini.

“ Sial” Gerutuku dalam hati.
Baru lima menit berjalan terlihat bayangan orang berjalan pelan membawa dua koper besar.
“ itu pasti Sista” pikirku tanpa berfikir dua kali langsung berlari dan menepuk bahunya. Terasa dingin.
“Ya ampun sis ngapai juga disini bukanya udah minta jemput di bandara, dasar” kataku panjang lebar sambil mengambil satu koper dari tangannya.
“Dingin banget ya” tambahku lagi.
Ia hanya menjawabnya dengan angukan.
“Pakai baju berapa lapis? Tangan juga dingin banget napa nggak pakai sarung tangan?” tanya ku lagi hanya di jawab dengan angukan untuk kedua kalinya di tambah senyum.
Mungkin capek kali ya pikirku dalam hati setelah melihat dua bawaannya.
“Mau makan dulu nggak? Itu ada gerobaknya”
Dia menggeleng pelan.

“ Kalau begitu kita bungkus aja okey” dengan cepat kami menghampiri tenda kecil di pinggir jalan.
“Aneyong Haseo, Ajushi tokpokki ie inbun juseyo” pinta ku.
“Mianhae yo, jigem obsoyo” jawab sang penjual yang sibuk berberes.
“Wah kurang beruntung kita Sis kehabisan” kataku sambil berjalan perlahan.
“Agashi noe kwenchana yoe” tiba tiba penjual tokpokki bertanya sebelum kami terlalu jauh.
“Ne, uri chogem chua yo hajiman kwenchana yo, ajushi aneyong higasieyo” jawabku lagi sambil tersenyum dan terus menarik koper mendekat gerbang kampus.
Sampai di gerbang kami berpapasan dengan penjaga yang sedang berkeliling memeriksa keamanan ia tampak menyeramkan walaupun sebenarnya cukup ramah.
“Terlambat lagi ya” tanyanya dalam Bahasa Korea yang kental.
“Iya pak jemput teman dibandara eh ternyata jumpanya di sana, mana kopernya berat lagi” jawabku seadanya.
“Kamu baik baik saja?” tanya si penjaga lagi.
“Baik pak, tapi mengantuk dan lelah tengah malam masih narik narik koper ya nggak Sista?” jawabku sambil melirik sahabatku itu.
Penjaga gerbang kampus cukup mengenal kami, karena sering pulang terlambat saat akhir pekan tiba maklum waktu itu masih belum terbisa sehingga sering nyasar.
Jalan menuju asrana sepi sebagian besar mahasiswa libur. Salju menumpuk di sepanjang jalan. Lampunya redum tempat besar ini terlihat suram.
“Sis maaf ni aku balik kekamar ya soalnya ada roomet dia nggak pulang ambil winter class”ujarku sambil pamit di depan kamarnya.
Setiap mahasiswa asing disini memang di pasangkan dengan pelajar lokal agar cepat beradaptasi katanya. Sista tinggal di lantai dasar sementara kamar ku ada di tingkat 3.
Tiba tiba sista berpaling sambil berkata “ chingu ya nomu gumawo”
Sejenak merinding “ tumben jangan aneh aneh takut ni” jawabku sambil berlalu.

Sampai di kamar, ganti baju langsung merebahkan diri di tempat tidur.
“ Kok telat ketinggalan lagi ya” tanya roommet yang terbangun karena berisik.
“Iya” jawabku singkat.
Bangun kesiangan buru buru ke kantin namun tidak menemukan sista disana masih tidur mungkin pikirku bergegas kembali ke asrama. Di tengah jalan tidak sengaja berpapasan dengan penjaga asrama.
“ Kamu baik baik saja kan?” tanyanya.
“Saya baik pak, sekarang saja sedang lari lari, memangnya kenapa sih pak?” kataku berbalik tanya.
“Ah semalam saya lihat kamu keliling sambil tarik tarik sesuatu, sendiri lagi tengah malam” ceritanya.
Bapak yang satu ini memang hobby bercanda.
“Oh itu sama teman pak bukan sendiri” jawabku lagi.
“Kalau kamu pikir saya bohong silahkan datang kekantor nanti bisa di lihat CCTVnya datang sama temannya juga” jawabnya lagi sambi tersenyum.
“Hari ini benar benar aneh, belum lagi mimpi semalam” gumanku dalam hati. Dalam mimpi sista datang sambil tersenyum dan bilang terima kasih.
“Eh kamu semalam kemana aja? Udah balik telat dengan baju basah di kamar lumpur dimana mana pagi pagi bangun harus bersihin kamar” Omel roomet sesaat baru sampai kamar.
“Ni orang kenapa lagi“ pikirku.
“Dari bandara jemput sista jam 1 udah ada di asrama kok” jawabku nggak mau kalah.
“Bohong banget, kamu itu pulangnya jam 6 pagi, hayo ngaku pergi kemana lagi pula mana mungkin Sista disini pesawatnya kecelakaaan tadi jumpa Soe Hi roometnya belum ada kabar sampai sekarang” katanya nya lagi.
“Serius, itu nggak mungkin kamu pasti bercanda semalam sama Sista kok” kata ku lagi tidak mau kalah.
“Terlalu syok ya atau belum tahu Cek internet kalau nggak percaya?”
Kecelakaan pesawat di laut, sepuluh penumpang dinyatakan hilang yang lainya berhasil diselamatkan data data korban belum bisa di konfirmasi.
Jadi yang semalam siapa, terbanyang wajah Sista tersenyum.
Tiba tiba pesan masuk ke Inbox SNS dari Sista.
“Sob, kemana aja kok nggak datang? Makan Tokpokki Yuk”

“Onnie Otoke, Onnie...”
Lampu Padam.

Kosa Kata :
Subway : sebutan untuk Kereta Api Listrik di Korea Selatan
Aneyong Haseo : Hallo
Ajushi Tokpokki du inbun juseyeo : Paman pesan Tokpokki untuk dua orang.
Mianhae yoe, jigem Obsoyoe : Maaf, sekarang sudat tidak ada.
Agashi Noe Kwenchana? : Agashi (Panggilan untuk perempuan) apa kamu baik baik saja?
Ne, Uri chogem Chua yoe hajiman kwenchana yoe : iya kami sedikit kedinginan tapi baik.
Onnie Otoke : bagaimana ini kak?

Tokpokki : kue beras dengan saus merah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar