Ingin mencoba wisata yang berbeda di Negeri
gingseng? Guinsa (구인사)
atau Temple Stay akan memberikan pengalaman yang berbeda tak hanya datang untuk
menikmati pemandangan dan jalan jalan dan mendapat pandangan yang berbeda dari
sebuah perjalanan. Temple stay sendiri sudah menjadi bagian dari promosi budaya dan wisata di Korea
Selatan, kita akan dengan mudah menemukannya di berbagai situs perjalanan di
negeri K-pop ini karena hampir seratus tempat yang menawarkan pengalaman
menarik ini. Pertama kali di mulai pada tahun 2002 program ini sudah di ikuti
oleh banyak turis asing dan lokal untuk memahami Buddhisme di Korea, gaya hidup, ritual dan
spiritualitas.
Foto bersama |
Kegiatan ini membuat pesertanya tinggal dan terlibat
dalam kegiatan, banyak temple yang di buka untuk kegiatan yang satu ini salah
satunya adalah Sangwol-Wongak terletak di Chungcheongbuk-do yang paling
terkenal. Kuil ini di buka sepanjang tahun namun yang paling sering di kunjungi
adalah ketika musim gugur yaitu bulan Oktober atau November saat warna
pepohonan mulai berubah (sayang sekali tahun ini musim gugur terlambat dan
lebih singkat) dan untuk bisa sampai disini satu satunya transportasi yang
dapat di gunakan adalah bus atau mobil pribadi anda bisa mendapatkan informasi
lebih lengkap mengenai lokasi di pusat informasi wisata di Korea Selatan.
Mendaki di pagi hari |
Dari Hall tertinggi |
Bangunan penginapan |
Program Temple Stay menawarkan 24 jam kegiatan
pembelajaran namun jumlah hari bisa saja berbeda, Monks menjadi para
pemandu dengan Bilingual ( Inggris dan
Korea ), Monks atau di sini disapa dengan Seuniem akan menjelaskan apa yang
boleh dilakukan dan tidak selama di tempel , memandu Anda melalui upacara ,
pendakian , meditasi dan upacara teh. Hari itu pertengahan oktober ketika kami
menginjakan kan untuk pertama kalinya di temple dan hujan turun sangat deras
sepanjang hari sampai malam.
Siap siap pegal pegal dan ngos ngosan karena perjalan dari penginapan ke berbagai tempat disini akan di mulai dengan mendaki. Setelah berganti seragama para peserta memulai perjalanan dengan orientasi, berkeliling dan meditasi sampai sore tempat jam 6 sore semuanya berkumpul di ruang utama untuk sembahyang, disini bagi yang bukan beragama Budha di perbolehkan untuk menonton upacara yang berlangsung selama 30 menit itu.
Suasana di dalam kamar |
Penginapan yang letaknya setelah gerbang masuk |
Siap siap pegal pegal dan ngos ngosan karena perjalan dari penginapan ke berbagai tempat disini akan di mulai dengan mendaki. Setelah berganti seragama para peserta memulai perjalanan dengan orientasi, berkeliling dan meditasi sampai sore tempat jam 6 sore semuanya berkumpul di ruang utama untuk sembahyang, disini bagi yang bukan beragama Budha di perbolehkan untuk menonton upacara yang berlangsung selama 30 menit itu.
Apa saja yang terjadi saat Temple Stay?
·
Yebul bisanya di laksanakan 3 kali
sehari di pagi hari, siang dan malam. Sembahya pagi dilaksanakan pada pukul
3.30 Am. Para peserta harus bangun pada pukul 3 malam, memakai seragam, mendaki
menuju aula utama dan mengikuti Seuneim berkeliling temple sebagai bagian dari
upacara kemudian masuk ke aula dan mulai berdoa dan membungkut. Pada malam
kedua berada di temple para peserta yang beragama Budha juga melakukan
sembahyang dengan membungkuk/sujud sebanyak 108 kali. Kami yang bukan beragama
Budha di perbolehkan berada di baris paling belakang dan duduk.
Suasana Sembahyang |
·
Chamseon atau Meditasi
Ada dua jenis chamseon: jwaseon
(meditasi duduk) yang biasanya dilakukan sore hari, dan haengseon (meditasi
berjalan) yang di lakukan pada pagi hari dengan mendaki bukit di sekeliling
temple. Sepanjang perjalanan anda akan bertemu dengan para penziarah lainnya
yang kebanyakan adalah orang tua.
·
Makan
Ada sebuah ruang makan besar di
lantai 11 dengan kapasitas melayani 10.000piring setiap kali waktu makan.
Makanan yang disediakan tidak begitu lezat dan hambar, ketika mempersiapkan
diri untuk temple stay peserta diingat tentang makanan karena tidak boleh ada
makan yang tersisa sehingga anda harus mengambi semampu dihabiskan. Menu
makanannya selalu sama terdiri dari nasi, sop, kimchi yang semuanya di
persiapkan oleh para relawan, untuk makan semuanya harus berbaris rapi dan setelah
semua anggota semua duduk acara makan dimulai. Makan pagi di mulai pada pukul 6
pagi, makan siang jam 12 siang sedangkan makan malam akan di mulai setelah
sembahyang sore.
Rasa makanan yang hambar membuat peserta terkadang membawa
makanan dari luar seperti tuna kaleng (Ini Harus dilakukan secara diam diam
karena semua makanan adalah vegetarian tidak boleh ada daging), rumput laut
kemasan dan lainnya namun anda akan di ingatkan untuk tidak membawa dalam jumlah
banyak. Setelah makan anda dapat minum teh atau kopi dari mesin otomatis yang
tersedia di luar ruang makan sedangkan untuk air putih anda bisa mendapatkannya
secara gratis di beberapa lokasi.
Relawan mulai mempersiapakan makanan |
·
Barugongyang: makan ala Monk
Barugongyang adalah ritual makan
yang membutuhkan keheningan dan tidak ada pemborosan makanan. Ini merupakan
salah satu ritual yang membuat peserta berdebar debar karena mangkuk makan
harus bersih seperti sebelumnya. Ritual ini juga membutuhkan ketenangan di lakukan
secara perlahan mengikuti petunjuk dari Monk. Tidak ada makanan yang boleh
tersisa walaupun hanya sebutir nasi.
Makan tidak boleh ada sisa walau sebutir nasi |
Sebelum pembuatan bunga di lakukan
Seuneim akan menjelaskan bagaimana makna lotus dalam ajaran Budhisme. Setelah
itu kelompok kecil di bentuk dan masih masing membuat untuk dirinya sendiri
(tentunya ini dapat anda bawa pulang nantinya).
Perebusan dan melayani teh yang
baik adalah salah satu kebiasaan tertua di Korea. Ini adalah upacara yang
paling di sukai oleh para peserta. Suguhan teh hijau di temani oleh beberapa
kue tradisional. Upacara ini dilakukan menjelang pertemuan Temple stay, Hampir
sama dengan Barungongyang tata cara menyuguhkan teh mengikuti gerakan dari Monk
namun acara ini lebih semarak karena Seuneim dan peserta akan bertukar pikirin
dan pendapat tentang apa saja yang mereka dapatkan dari seluruh kegiatan temple
stay. Percakapan ini juga dilakukan lintas agama karena seuneim juga ikut
menanyakan bagaimana praktek ibadah dalam agama lain. Di antara peserta ada
yang beragama Islam, Katolik, Protestan dan Hindu.
Ada beberapa hal yang tidak boleh
di lakukan di Temple yang baiknya di ketahui, diantaranya :
• Berbicara keras, berteriak,
berlari, menyanyi, atau memainkan musik;
• Kontak fisik antara laki-laki dan
perempuan;
• Makan dan minum di daerah terlarang
atau sambil berjalan;
• Permen karet;
• Minum alkohol;
• Makan daging atau ikan;
• Merokok;
• Mencuri, dan
• Mengambil foto di dalam Buddha
Hall atau bangunan lainnya tanpa izin.
Untuk peraturan lainnya akan di jelaskan ketika
oreintasi peserta termasuk peraturan khusus tempat yang di kunjungi. Masa di
Temple Stay tergantung dari keinginan dari peserta. Setelah berada di kaki
gunung selama 3 hari dan 2 malam wisata kami harus berakhir. Untuk kenang
kenang anda dapat membeli oleh-oleh di toko sovenir yang ada di tempat parkir.
Tentunya wisata ini akan meninggalkan kesan yang berbeda. tertarik mencobanya?
[Khiththati].
Nggak Tau ini namanya |
Templenya Lagi di renovasi |
Pemandangan Dari puncak atas |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar