Senin, 05 Januari 2015

Temple Stay Wisata Dengan Nuansa Yang Berbeda [Reportase]

Ingin mencoba wisata yang berbeda di Negeri gingseng? Guinsa (구인사) atau Temple Stay akan memberikan pengalaman yang berbeda tak hanya datang untuk menikmati pemandangan dan jalan jalan dan mendapat pandangan yang berbeda dari sebuah perjalanan. Temple stay sendiri sudah menjadi bagian  dari promosi budaya dan wisata di Korea Selatan, kita akan dengan mudah menemukannya di berbagai situs perjalanan di negeri K-pop ini karena hampir seratus tempat yang menawarkan pengalaman menarik ini. Pertama kali di mulai pada tahun 2002 program ini sudah di ikuti oleh banyak turis asing dan lokal untuk memahami Buddhisme  di Korea, gaya hidup, ritual dan spiritualitas.

Foto bersama


Kegiatan ini membuat pesertanya tinggal dan terlibat dalam kegiatan, banyak temple yang di buka untuk kegiatan yang satu ini salah satunya adalah Sangwol-Wongak terletak di Chungcheongbuk-do yang paling terkenal. Kuil ini di buka sepanjang tahun namun yang paling sering di kunjungi adalah ketika musim gugur yaitu bulan Oktober atau November saat warna pepohonan mulai berubah (sayang sekali tahun ini musim gugur terlambat dan lebih singkat) dan untuk bisa sampai disini satu satunya transportasi yang dapat di gunakan adalah bus atau mobil pribadi anda bisa mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai lokasi di pusat informasi wisata di Korea Selatan.


Mendaki di pagi hari

Dari Hall tertinggi

Bangunan penginapan
Temple ini terletak di lereng gunung dengan jalan mendaki dan terus menanjak, bangunan-bangunan yang indah disatukan dalam lembah yang sempit tak heran dapat menampung banyak orang dalam satu waktu, tempat yang pertama kali di dirikan pada tahun 1945 ini merupakan sekolah Cheontae Buddhisme  di Korea, walaupun bangunan awalnya telah terbakar ketika perang Korea kuil ini di rekontruksi pada tahun 1966 dan terus berlanjut hingga sekarang.


Gerbang depan ini punya arti tersendiri

Penuh Ukiran khas Korea

Program Temple Stay menawarkan 24 jam kegiatan pembelajaran namun jumlah hari bisa saja berbeda, Monks menjadi para pemandu  dengan Bilingual ( Inggris dan Korea ), Monks atau di sini disapa dengan Seuniem akan menjelaskan apa yang boleh dilakukan dan tidak selama di tempel , memandu Anda melalui upacara , pendakian , meditasi dan upacara teh. Hari itu pertengahan oktober ketika kami menginjakan kan untuk pertama kalinya di temple dan hujan turun sangat deras sepanjang hari sampai malam. 
Suasana di dalam kamar

Penginapan yang letaknya setelah gerbang masuk

Siap siap pegal pegal dan ngos ngosan karena perjalan dari penginapan ke berbagai tempat disini akan di mulai dengan mendaki. Setelah berganti seragama para peserta  memulai perjalanan dengan orientasi, berkeliling dan meditasi sampai sore tempat jam 6 sore semuanya berkumpul di ruang utama untuk sembahyang, disini bagi yang bukan beragama Budha di perbolehkan untuk menonton upacara yang berlangsung selama 30 menit itu.
Apa saja yang terjadi saat Temple Stay?
·     
        Yebul atau Upacara/Sembahyang


Saya menonton di belakang

Yebul bisanya di laksanakan 3 kali sehari di pagi hari, siang dan malam. Sembahya pagi dilaksanakan pada pukul 3.30 Am. Para peserta harus bangun pada pukul 3 malam, memakai seragam, mendaki menuju aula utama dan mengikuti Seuneim berkeliling temple sebagai bagian dari upacara kemudian masuk ke aula dan mulai berdoa dan membungkut. Pada malam kedua berada di temple para peserta yang beragama Budha juga melakukan sembahyang dengan membungkuk/sujud sebanyak 108 kali. Kami yang bukan beragama Budha di perbolehkan berada di baris paling belakang dan duduk.


Suasana Sembahyang

·         Chamseon atau Meditasi


Meditasi Berjalan

Meditasi di atas puncak bukit

Menuju ruang meditasi Khusus

Ada dua jenis chamseon: jwaseon (meditasi duduk) yang biasanya dilakukan sore hari, dan haengseon (meditasi berjalan) yang di lakukan pada pagi hari dengan mendaki bukit di sekeliling temple. Sepanjang perjalanan anda akan bertemu dengan para penziarah lainnya yang kebanyakan adalah orang tua.

·         Makan

Ada sebuah ruang makan besar di lantai 11 dengan kapasitas melayani 10.000piring setiap kali waktu makan. Makanan yang disediakan tidak begitu lezat dan hambar, ketika mempersiapkan diri untuk temple stay peserta diingat tentang makanan karena tidak boleh ada makan yang tersisa sehingga anda harus mengambi semampu dihabiskan. Menu makanannya selalu sama terdiri dari nasi, sop, kimchi yang semuanya di persiapkan oleh para relawan, untuk makan semuanya harus berbaris rapi dan setelah semua anggota semua duduk acara makan dimulai. Makan pagi di mulai pada pukul 6 pagi, makan siang jam 12 siang sedangkan makan malam akan di mulai setelah sembahyang sore.


Relawan mulai mempersiapakan makanan
Rasa makanan yang hambar membuat peserta terkadang membawa makanan dari luar seperti tuna kaleng (Ini Harus dilakukan secara diam diam karena semua makanan adalah vegetarian tidak boleh ada daging), rumput laut kemasan dan lainnya namun anda akan di ingatkan untuk tidak membawa dalam jumlah banyak. Setelah makan anda dapat minum teh atau kopi dari mesin otomatis yang tersedia di luar ruang makan sedangkan untuk air putih anda bisa mendapatkannya secara gratis di beberapa lokasi.

·         Barugongyang: makan ala Monk


Makan tidak boleh ada sisa walau sebutir nasi
Barugongyang adalah ritual makan yang membutuhkan keheningan dan tidak ada pemborosan makanan. Ini merupakan salah satu ritual yang membuat peserta berdebar debar karena mangkuk makan harus bersih seperti sebelumnya. Ritual ini juga membutuhkan ketenangan di lakukan secara perlahan mengikuti petunjuk dari Monk. Tidak ada makanan yang boleh tersisa walaupun hanya sebutir nasi.

·         Membuat bunga lotus (teratai) dari kertas


Bunga yang saya buat menjadi hadiah di meja roomet


Sebelum pembuatan bunga di lakukan Seuneim akan menjelaskan bagaimana makna lotus dalam ajaran Budhisme. Setelah itu kelompok kecil di bentuk dan masih masing membuat untuk dirinya sendiri (tentunya ini dapat anda bawa pulang nantinya).

·         Dado: Upacara Minum Teh


Makan saat Jamuan teh

Kuenya enak

Minum teh dan tukar pikiran


Perebusan dan melayani teh yang baik adalah salah satu kebiasaan tertua di Korea. Ini adalah upacara yang paling di sukai oleh para peserta. Suguhan teh hijau di temani oleh beberapa kue tradisional. Upacara ini dilakukan menjelang pertemuan Temple stay, Hampir sama dengan Barungongyang tata cara menyuguhkan teh mengikuti gerakan dari Monk namun acara ini lebih semarak karena Seuneim dan peserta akan bertukar pikirin dan pendapat tentang apa saja yang mereka dapatkan dari seluruh kegiatan temple stay. Percakapan ini juga dilakukan lintas agama karena seuneim juga ikut menanyakan bagaimana praktek ibadah dalam agama lain. Di antara peserta ada yang beragama Islam, Katolik, Protestan dan Hindu.

Sitting Budha

Lukisan di luar 

Haus saat mendaki ada air siap minum

Budha Hall

Ada beberapa hal yang tidak boleh di lakukan di Temple yang baiknya di ketahui, diantaranya :

• Berbicara keras, berteriak, berlari, menyanyi, atau memainkan musik;
• Kontak fisik antara laki-laki dan perempuan;
• Makan dan minum di daerah terlarang atau sambil berjalan;
• Permen karet;
• Minum alkohol;
• Makan daging atau ikan;
• Merokok;
• Mencuri, dan
• Mengambil foto di dalam Buddha Hall atau bangunan lainnya tanpa izin.

Untuk peraturan lainnya akan di jelaskan ketika oreintasi peserta termasuk peraturan khusus tempat yang di kunjungi. Masa di Temple Stay tergantung dari keinginan dari peserta. Setelah berada di kaki gunung selama 3 hari dan 2 malam wisata kami harus berakhir. Untuk kenang kenang anda dapat membeli oleh-oleh di toko sovenir yang ada di tempat parkir. Tentunya wisata ini akan meninggalkan kesan yang berbeda. tertarik mencobanya? [Khiththati].
Nggak Tau ini namanya


Templenya Lagi di renovasi

Pemandangan Dari puncak atas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar