Rabu, 29 Juni 2016

Halal di Korea Selatan


Makan di Restoran Ied - Itaewon

Jimin bingung menjelaskan bagaimana makanan yang boleh dimakan oleh orang Islam.  November lalu ia memutuskan mengundang teman muslimnya untuk makan bersama keluarganya dirumah. “saya tinggal bersama nenek dan ayah, saat mengatakan akan ada seorang yang akan berkunjung untuk makan siang bersama, mereka sangat bersemangat tapi ketika saya bilang kalau dia tidak bisa makan daging, mereka jadi khawatir tentang menu makanan yang akan dihidangkan” Cerita Lee Jimin.  “nenek waktu itu buru-buru kepasar membeli beberapa sayur untuk membuat berbagai jenis Banchan untuk  vegetarian karena saya juga bingung menjelaskan tentang Halal” tambahnya lagi sambil tersenyum.

Orang Tua Lee Jimin juga mempunyai restoran khas Korea bernama Kyobukdong Yetnal Bulgogi yang menyediakan daging sapi. Ayahnya Youngho Lee merupakan kepala Koki dan dibantu oleh ibunya  Sunhee Her. Saat orang tuanya menjamu saya direstoran mereka, khusus hari itu mereka menyediakan cumi-cumi besar yang dimasak ala Korea.  “Disini hidangannya self cooking jadi pemilik kedai hanya menyediakan semua bahan dan pengunjung yang memasak” Ungkap Jimin sambil memasukan potongan-potongan cumi kedalam wajan didepannya. Saya menjadi tamu spasial hari itu. “maaf ya bukan daging, lain kali kami akan membeli yang khusus, sekarang masuk semua yang kamu mau” tambahnya lagi sambil mengaduk- aduk cumi bersama bihun. Diatas meja ada beberapa jamur, cabai hijau, paprika dan beragam Banchan, masakan self cooking ala Koreanya biasanya dimakan tanpa nasi.

Menjawab rasa penasaran Jimin, saya mengajaknya menemui Ahmed Syaukas pemilik restoran Taj Palace. Restoran yang terletak di Itaewon ini menjadi langganan wisatawan muslim yang berlibur di Korea. Tempat yang beralamat  di jalan Usadan-ro, Yongsan-gu nomor  39,  masuk dalam lima restoran India yang paling enak di Seoul. Restoran ini menyedikan berbagai makanan seperti Naan restoran yang biasanya disantap dengan kari, beragam Curry seperti Butter Chiken, Tikka Masala serta tak ketinggalan tandori Chiken, Lamp kabab dan Chai serta Lassi.

“Awal saya memulai tempat ini hanya ada beberapa rumah makan halal dari Turki. Lihat sekarang hampir disepanjang jalan ini ada tulisan halalnya” Kisah Ahmed Syaukas. Ayah dua orang anak ini berasal dari Kasmir, India Utara sehingga banyak makanan bergaya Mughal di restorannya. Mencoba peruntungan bisnis halal awal tahun 2000an setelah menjelajah tiga tahun di Jepang. “semakin kesini peluangnya semakin meningkat setiap tahun apalagi pemerintah turut mendukung” Tambahnya lagi.
“ada yang membuat saya penasaran apa itu Halal food” tanya Jimin.

“First beside a pork, a food don't have any alcohol contein (Pertama selain daging babi, didalam makanan tidak ada kandungan alkohol)” Papar Ahmed sambil menuang Chai, teh khas India ke gelasnya. “and than at halal restoran you cant sell a alcohol drink” Tambahnya lagi.

Halal adalah segala sesuatu yang diperbolehkan oleh syariat untuk dikonsumsi. Terutama, dalam hal makanan dan minuman seperti yang sudah dijelaskan didalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 173. Pada tahun 2012 Korsel memproyeksikan potensi pertumbuhan industri halal global mencapai 1,088 triliun dolar AS dan terus naik naik setiap tahunnya.

“Dulu jalan ini penuh dengan bar sehingga disebut sebagai red high light namun sekarang coba lihat berapa banyak perubahannya”kenang Ahmed sambil menunjuk ke sisi luar jendela luar restorannya. Taj Palace berada dilantai dua food mart, disisi depannya ada restoran India lain yang juga halal Foreign Food, Kebab Turkish, Turkish Cake shop, dan lainnya. 

Doenjang Jjigae sejenis sup sayuran dengan taoco


Menurutnya dulu saat awal bermukim di negeri gingseng  hanya ada satu tempat yang menyediakan makanan hal disebelah mesjid Itaewon. “kalau kalian kemesjid nanti coba lihat didekat pintu masuk itu ada satu tempat menjual daging, itu yang paling tua dan satu satunya, selepas shalat jumat kami membeli daging dan membawa pulang untuk dimasak dirumah, lihat sekarang berapa banyak perubahan yang ada” sambungnya lagi.
Ia menanyakan banyak hal kepada Ahmed tentang makanan halal. “terkadang saya ingin mengajak teman untuk makan bersama di restoran tapi kami hanya menyediakan daging sapi dan juga rumit menjelaskan ini itu kepada orang tua” katanya lagi.

“Kamu bisa membeli daging yang halal untuk mereka” saran Ahmed.
“didepan ini ada Internasional mart mereka selain menjual produk luar juga menyediakan makanan yang halal”jelasnya lagi.

Mirah alumni Universitas Konkuk juga menceritakan bagaimana awalnya susah menjelaskan tentang kenapa ia sering memilih menyibukan diri dilaboratorium dan menolak undangan makan oleh teman-temannya. “Mereka kalau makan pasti minum soju, arak dari beras khas disini dan terkadang juga tempat makannya tidak ada menu yang bisa saya makan” Kisah Perempuan yang mengambil jurusan tehnik pesawat terbang itu sambil tersenyum. Menurut Mirah sebenarnya kalau dijelaskan mereka akan mengerti,” namun awalnya rumit sekali untuk sekedar menjelaskan kenapa itu sekarang mereka sudah banyak yang lebih paham” sambungnya lagi.

“Bibimbab sama Kimchi itu menu paling aman kalau disini” ungkap Ruri mahasiswi pertukaran pelajar di Korea. “hari ini makannya apa?, setiap hari makannya Bibimbab” tambahnya lagi sambil tertawa.

“Mencari makanan halal dan menjelaskannya susah susah gampang disini”Ungkap Mutiara Hikmah salah seorang pelajar Indonesia di Korea. Ibu seorang anak ini mengaku waktu awal-awal tinggal di korea masih cukup susah, semua semuanya masak sendiri dengan beli bahan makanan di pasar, atau beli bumbu indonesia yg di ekspor. kalaupun makan diluar paling biasanya makan seafood. “tapi semakin kesini pemerintah korea makin friendly dengan muslim, mereka membuat buku khusus panduan restoran halal di Korea, dan bikin Halal Expo kalau mau jalan jalan jadi lebih mudah” Sambungnya lagi.

Menurut KTO (Korea Tourism Organization) Jumlah wisatawan muslim yang berkunjung ke Korea pada tahun 2013 mencapai 624,000 orang dan meningkat setiap tahunnya. Pada pertengahan 2015 Sekitar 750.000 wisatawan muslim berkunjung. Hal ini membuat KTO bekerjasama dengan KFF (Korean Food Foundation) membuat aplikasi yang dapat diunduh yaitu halalKorea beberapa tahun lalu selain memuat tentang restoran halal, aplikasi ini juga memuat jadwal shalat, arah qiblat dan lainnya.

Pada awal tahun 2015 seiring dengan terus meningkatnya pelancong muslim KTO kembali menerbitkan buku panduan ”Muslim-Friendly Restaurants in Korea" yang dapat di Unduh gratis. Buku ini berisi sekitar 118 restoran yang makanannya dapat dikonsumsi muslim. Dibagi dalam lima kelompok yaitu 4 restoran halal-certified, 37 restoranself-certified, 24 restoran Muslim-friendly, 49 restoran Muslim-welcome, dan 4 restoran pork-free.

Serifikat halal dikeluarkan oleh Korea Muslim Federation (KMF) berdasarkan kriteria halal, lembaga ini sudah berdiri sejak tahun 1967. Untuk Self-Certified adalah restoran yang mengunakan bahal-bahan halal tapi belum mendapatkan sertifikat.

Muslim-friendly adalah restoran yang dikelola oleh muslim tetapi masih menjual alkohol. Muslim-welcome adalah restoran yang menyajikan menu vegetarian dan menu bebas daging babi. Sementara itu, restoran yang masuk dalam kategori Free-pork adalah restoran yang tidak menyajikan daging babi tetapi memiliki daging tidak halal lain.

Panduan ini juga mengelompokkan 36 menu makanan Korea yang terkenal ke dalam 4 kategori, yaitu sayuran saja, makanan berbahan seafood, makanan berbahan sayur dan seafood, dan makanan berbahan daging tetapi bukan babi.

“Bisnis halal disini tumbuh dengan cukup baik, kalau berkeliling di Itaewon kalian akan bertemu tiga restoran yang khusus menjual menu tradisional Korea dan mereka semuanya sibuk”papar Ahmed. 

“Kalau dulu banyak muslim yang ingin mencicipi takut tidak halal tapi sekarang semuanya jadi lebih mudah walaupun untuk terus berdenyut sasaran kami 70% adalah penduduk lokal yang ingin mencoba makanan halal”tambahnya lagi. Dulu Ahmed memiliki tiga restoran India halal selain di Itaewon juga ada di Myoengdong dan Gangnam “karena terlalu ramai yang dua lagi terpaksa saya tutup karena nggak ada waktu beristirahat.

Selesai berdiskusi dengan pemilik Taj Palace Restoran, saya mengajak Jimin berkunjung ke Masjid yang terletak tidak jauh dari situ. Diteras mesjid terdapat banyak brosur dan juga buku panduan tentang muslim yang dapat diambil secara gratis. Ia mengambil sebuah buku tentang “ Why Pork dan Alcohol Forbiden For Muslim” dan  brosur tentang makanan halal. “now am now what you want and letter when you come back to Korea, we will surve you a very delicius food”ungkap Jimin tersenyum. Khiththati - [Tulisan ini sudah dimuat di Majalah Santunan Edisi Desember 2015 dengan judul Bisnis Halal di Korea Selatan].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar