Saat jalan jalan berkeliling kota Banda Aceh, tidak
lengkap rasanya tanpa mencicipi berbagai kuliner yang ada. Tentu makanan yang
satu ini sudah tidak asing lagi yaitu Sate matang. Tidak perlu jauh jauh keluar
daerah untuk merasakan kelezatan panganan satu ini. Sekarang bangak penjual
yang menjajalkan sate khas ini di jalan jalan seputaran kota Banda Aceh. Hanya
membutuhkan waktu 10 menit dari pusat keramaian kota. Tempat satu ini juga
dekat dengan toko toko yang menjual oleh oleh khas Aceh. Saat kaki mendekat,
harum manis dari sate yang dibakar sudah mengugah rasa.
“ Piyoh (singgah)” Ujar Ardi sambil tersenyum kepada
pembeli.
“ Bungkoh Sate Lhe Ploh Krek (bungkus sate tiga puluh
tusuk)” Sahut seorang laki-laki payuh baya.
“ na pakei bu pak? (ada pakai nasi pak?)” Tanya Ardi
lagi.
“ Hana (tidak) ”Jawab laki-laki itu lagi.
Satu paket sate matang terdiri dari nasi, kuah soto dan
sate. Satu tusuk sate terdiri dan dua potongan daging dan satu potong lemak
atau tiga-tiganya adalah daging. Tergantung permintaan pelanggan. Satu tusuk
sate matang dihargai seribu lima ratus. Sedangkan sepiring nasinya tiga ribu
rupiah.
Tuk, tuk, tuk suara botol kecap dihempas keras ke kayu.
Botol dikocok kuat hingga mengeluarkan buih. ini menjadi ciri khas penyajian
sate matang. Nama Matang diambil dari Matang Glumpang Dua, nama satu daerah
perbatasan kabupaten Bireun dan Aceh Utara. Rata-rata penjual sate matang
adalah penduduk daerah itu.
“ Yang jualan sate matang ya pastinya orang matang” ujar
Ardi sambil memotong daun bawang. Menurut Ardi selain bumbu yang membedakan
sate matang dengan sate lainnya adalah kuah soto dan juga ketukan kecap.
Daging yang digunakan untuk membuat sate matang diambil
dari daging kambing dan sapi yang kemudian diberi bumbu terlebih dahulu sebelum
dibakar. Ardi telah berjualan di kedai sate matang Yah Son sejak tahun 2005. Ia
bekerja dengan temannya Saputra. Awalnya saputra yang mengelolanya sendiri,
namun kini ia sudah mempunyai delapan karyawan tetap termasuk Ardi. “Kalau
bulan ramadhan pegawainya menjadi sepuluh orang, karena pelanggan biasa lebih
banyak dari biasanya” ujar Saputra memakai baju hitam.
Walaupun telah lama berjualan, tapi Saputra juga tidak
mengetahui sejak kapan sate matang mulai popular. “dari saya kecil makanan ini
memang sudah ada, jadi nggak, tau juga kapan mulai ada” kata laki-laki yang
sudah berumur 30 tahun ini. Tidak hanya diminati oleh pencinta kuliner lokal,
sate matang Yah Son juga sering kali dikunjungi wisatawan asing. “ Kalau mau
makan sate matang ya kemari, selain tempatnya enak , juga nggak perlu nunggu
lama” ujar Julaika Maizar salah seorang pelanggan.
Di kedai ini meja-meja dijejer menghadap jalan raya.
Walaupun ada juga tempat di dalam ruangan. Namun banyak pelanggan yang memilih
duduk di luar.
Sate matang Yah Son buka dari jam empat sore hingga jam
satu malam. Dalam semalam mereka dapat menjual lebih kurang 2000 tusuk. Saat
ditanya tentang bumbu rahasia kedainya, mereka hanya tersenyum. “Ada banyak
bumbu dan rempah yang kami pakai. Lagi pula yang tau namanya cuma juru masak.
Kalau saya tidak mengerti” ujar Ardi sambil terus melayani tamu.
Menunggu sate matang untuk diracik tidaklah lama. Selain
daging yang telah diberi bumbu telah ditusukkan pada batang bambu kecil yang
telah dihaluskan, sebagian sate juga sudah dibakar. Untuk kuah dan nasi
juga sudah disiapkan. Setelah memesan, tinggal tunggu sebentar, hidangan segera
diantar ke meja pelanggan atau segera dapat dibawa pulang.
Kuahnya berwama kuning bening, ada potongan kentang dan
daging. Di atasnya ditaburi daun bawang ‘dan bawang goreng. kuah yang masih
hangat dan mengeluarkan asap. Saat menyantapnya kuah ini wangi dan rasa
lengkuasnya sangat kentara dan Juga ada bunga lawang kleng• (sejenis rempah).
Ditambah sedikit kecap asin di atasnya.
Asap mengepul dari tungku pembakaran, mengeluarkan wangi
dari sate yang dibakar. Kemudian sate diangkat diletakkan di dalam piring,
serta dituangkan saus kacang tanah yang dicincang kasar di atasnya, ditambah
taburan bawang goreng dan potongan jeruk nipis. Yang tidak boleh ketinggalan sedikit
kecap asin. Bumbu kacang dibuat dan cabai merah kering, cabai rawit dan sedikit
gula dicampur dalam potongan kacang tanah dimasak hingga wamanya berubah
menjadi coklat kemerahan.
Tak lama kemudian satu paket sate matang dihidangkan ke
atas meja lengkap dengan teh hangat. Tidak sabar rasanya untuk mencoba. Jadi
bingung mau dimulai dari mana. Buat anda yang sedang berjalan jalan di Banda
Aceh tidak ada salahnya mampir kemari. saatnya bersantap yammi, enak sekali.
Ini adalah salah satu pusat jajan makanan di kota ini. Masih banyak lagi
tempat memcicipi makanan yang tersebar di kota Banda Aceh. Hmm, tunggu
apa lagi?
[Khiththati] Tulisan ini telah di Publikasikan di Majalah POTRET Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar