Minggu, 29 Desember 2013

Makan Sate Matang Yuk (Feature)

Saat jalan jalan berkeliling kota Banda Aceh, tidak lengkap rasanya tanpa mencicipi berbagai kuliner yang ada. Tentu makanan yang satu ini sudah tidak asing lagi yaitu Sate matang. Tidak perlu jauh jauh keluar daerah untuk merasakan kelezatan panganan satu ini. Sekarang bangak penjual yang menjajalkan sate khas ini di jalan jalan seputaran kota Banda Aceh. Hanya membutuhkan waktu 10 menit dari pusat keramaian kota. Tempat satu ini juga dekat dengan toko toko yang menjual oleh oleh khas Aceh. Saat kaki mendekat, harum manis dari sate yang dibakar sudah mengugah rasa.
“ Piyoh (singgah)” Ujar Ardi sambil tersenyum kepada pembeli.
“ Bungkoh Sate Lhe Ploh Krek (bungkus sate tiga puluh tusuk)” Sahut seorang laki-laki payuh  baya.
“ na pakei bu pak? (ada pakai nasi pak?)” Tanya Ardi lagi.
“  Hana (tidak) ”Jawab laki-laki itu lagi.
Satu paket sate matang terdiri dari nasi, kuah soto dan sate. Satu tusuk sate terdiri dan dua potongan daging dan satu potong lemak atau tiga-tiganya adalah daging. Tergantung permintaan pelanggan. Satu tusuk sate matang dihargai seribu lima ratus. Sedangkan sepiring nasinya tiga ribu rupiah.
Tuk, tuk, tuk suara botol kecap dihempas keras ke kayu. Botol dikocok kuat hingga mengeluarkan buih. ini menjadi ciri khas penyajian sate matang. Nama Matang diambil dari Matang Glumpang Dua, nama satu daerah perbatasan kabupaten Bireun dan Aceh Utara.  Rata-rata penjual sate matang adalah penduduk daerah itu.
“ Yang jualan sate matang ya pastinya orang matang” ujar Ardi sambil memotong daun bawang. Menurut Ardi selain bumbu yang membedakan sate matang dengan sate lainnya adalah kuah soto dan juga ketukan kecap.
Daging yang digunakan untuk membuat sate matang diambil dari daging kambing dan sapi yang kemudian diberi bumbu terlebih dahulu sebelum dibakar. Ardi telah berjualan di kedai sate matang Yah Son sejak tahun 2005. Ia bekerja dengan temannya Saputra. Awalnya saputra yang mengelolanya sendiri, namun kini ia sudah mempunyai delapan karyawan tetap termasuk Ardi. “Kalau bulan ramadhan pegawainya menjadi sepuluh orang, karena pelanggan biasa lebih banyak dari  biasanya” ujar Saputra memakai baju hitam.
Walaupun telah lama berjualan, tapi Saputra juga tidak mengetahui sejak kapan sate matang mulai popular. “dari saya kecil makanan ini memang sudah ada, jadi nggak, tau juga kapan mulai ada” kata laki-laki yang sudah berumur 30 tahun ini. Tidak hanya diminati oleh pencinta kuliner lokal, sate matang Yah Son juga sering kali dikunjungi wisatawan asing. “ Kalau mau makan sate matang ya kemari, selain tempatnya enak , juga nggak perlu nunggu lama” ujar Julaika Maizar salah seorang pelanggan.
Di kedai ini meja-meja dijejer menghadap jalan raya. Walaupun ada juga tempat di dalam ruangan. Namun banyak pelanggan yang memilih duduk di luar.
Sate matang Yah Son buka dari jam empat sore hingga jam satu malam. Dalam semalam mereka dapat menjual lebih kurang 2000 tusuk. Saat ditanya tentang bumbu rahasia kedainya, mereka hanya tersenyum. “Ada banyak bumbu dan rempah yang kami pakai. Lagi pula yang tau namanya cuma juru masak.  Kalau saya tidak mengerti” ujar Ardi sambil terus melayani tamu.
Menunggu sate matang untuk diracik tidaklah lama. Selain daging yang telah diberi bumbu telah ditusukkan pada batang bambu kecil yang telah dihaluskan, sebagian  sate juga sudah dibakar. Untuk kuah dan nasi juga sudah disiapkan. Setelah memesan, tinggal tunggu sebentar, hidangan segera diantar ke meja pelanggan atau segera dapat dibawa pulang.
Kuahnya berwama kuning bening, ada potongan kentang dan daging. Di atasnya ditaburi daun bawang ‘dan bawang goreng. kuah yang masih hangat dan mengeluarkan asap. Saat menyantapnya kuah ini wangi dan rasa lengkuasnya sangat kentara dan Juga ada bunga lawang kleng• (sejenis rempah). Ditambah sedikit kecap asin di atasnya.
Asap mengepul dari tungku pembakaran, mengeluarkan wangi dari sate yang dibakar. Kemudian sate diangkat diletakkan di dalam piring, serta dituangkan saus kacang tanah yang dicincang kasar di atasnya, ditambah taburan bawang goreng dan potongan jeruk nipis. Yang tidak boleh ketinggalan sedikit kecap asin. Bumbu kacang dibuat dan cabai merah kering, cabai rawit dan sedikit gula dicampur dalam potongan kacang tanah dimasak hingga wamanya berubah menjadi coklat kemerahan.
Tak lama kemudian satu paket sate matang dihidangkan ke atas meja lengkap dengan teh hangat. Tidak sabar rasanya untuk mencoba. Jadi bingung mau dimulai dari mana. Buat anda yang sedang berjalan jalan di Banda Aceh tidak ada salahnya mampir kemari. saatnya bersantap yammi, enak sekali.  Ini adalah salah satu pusat jajan makanan di kota ini. Masih banyak lagi tempat  memcicipi makanan yang tersebar di kota Banda Aceh. Hmm, tunggu apa lagi?
[Khiththati] Tulisan ini telah di Publikasikan di Majalah POTRET Online


Tidak ada komentar:

Posting Komentar