Rabu, 04 Maret 2015

Likee Mauled [Feature]

Allahuli Allahuli Nikma Wali Nikma Wali Maula Ya Maula Ya Mulaulai, Sallu Ala Alan Nabi Muhammadin Sallu Allai”

Lantunan zikir ini dilantukan oleh sekelompok laki-laki di meunasah gampong, mereka memakai baju putih dengan kopiah hitam Seragam. dengan lantunan syair dan gerak tubuh beragam ,kalangan masyarakat aceh mengenal budaya ini dengan nama meulikee dan ketika di gelar di bulan maulid dikenal dengan Likee Mauled.

Mereka menggerakan badan kesamping depan dan kebelakang mereka duduk namun sesekali mereka berdiri. Likee Maulid merupakan lantun salawat kepada nabi muhammad SAW yang kemudian di iringi dengan kisah kelahiran beliau sebagai penghulu alam. lantunan zikir ini di lantunkan dengan berbagai syair rima dan irama yang indah.

Lirik Likee Ini Biasanya memuat tiga hal pertama sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW, Kedua Puji-pujian Kepada Rasulullah dan ketiga adalah salawat yang di lantunkan dengan syair syair yang indah. Sehingga tak jarang dulu Likee Ini di perlombakan.

Budaya meulike sudah masuk sejak ratusan tahun yang lalu di aceh, Ketua Majelis Adat Aceh Badaruszaman menyakini budaya Meulikee masuk ke Aceh di bawa oleh kaum muslim berkebangsaan Turki. Kerajaan Turki Dan Aceh memang sudah mempunyai hubungan diplomatik yang cukup lama.

“Wate lon ubiet nyan kana like, nyan sebagai hiburan, baroe jeh sabe na di tip tip meunasah wate malam Jumat (dulu ketika saya masih kecil Tradisi Meulike sudah ada dan itu sebagai hiburan tersendiri saat itu, dulunya selalu ada disetiap meunasah setiap malam Jumat” Kisah Badruzzaman mengenang masa kecilnya.

“Wate di baca Dalai di baca syit likee nya, kon like lage meu syae’ syit hayeu (Ketika Membaca Dalail di bacakan juga Likee itu, Lagi pula Likee Itu di baca dalam bentuk syair dan cukup menyenangkan untuk dikenang ” Tambahnya lagi sambil tersenyum.

Badruzzaman juga terkenang masa kecil ketika  ia sudah dibiasakan oleh orang tuanya untuk ke meunasah guna melihat, mendengar baik likee maupun dalail Kairat. Likee ini pun di bacakan di selah selah syair dalail khairat saat beberapa orang mulai beristirahat sebentar.

“Hiburan anak zaman sekarang sudah banyak bukan seperti kami dulu” Tuturnya.

Likee maulid biasanya diselenggarakan di meunasah Gampong pada hari keunduri maulid di tempat tersebut. Mereka datang berkelompok dan membaca syair bersama yang di pimpin oleh seorang Syeh atau syahi.

“Sigohlom kenduri supot jih aleh leho na likee bak meunasah yang bisa jih di undang dari gampong laen (sebelum kenduri sorenya setelah shalat zhuhur ada likee di meunasah yang bisanya di undang grup like dari kampong lain)” ungkap Ibrahim Ismail tokoh masyarakat gampong Tungkob.

“Sebenarnya likee maulid hanya ada ketika empat bulan perayaan maulid itu di aceh, karena yang membuat likee maulid berbeda dengan likee pada umumnya adalah dengan sejarah kelahiran Nabi Muhammad yang kemudian di syairkan” Jelasnya lagi.

Sekarang banyak tradisi telah tergerus moderenisasi, orang - orang mudah lupa dengan tradisi indatu salah satunya likee  ini.

Seperti halnya Dahriani, ia mengatakan kegiatan Meulikee Mauled ini sudah lama tidak lagi melihatnya, namun jika sesekali mendengarnya Dahrani merasa kembali terbawa ke masa kecilnya yang sering melihat meulikee pada setiap acara di kampung.

“Masih ada lagi yang sudah jarang saya lihat yaitu, Meurukon dan juga Dalai Khairat, saya senang kalau maulid kadang kadang ada gampong yang ada like Maulidnya” Ujur Dahriani.

“Anak jaman sekarang mana tahu lagi tentang tradisi ini mereka taunya konser – konser music modern, teman saya satu kampus saja waktu saya tanya, dia tau tapi nggak mengerti apa yang di lantunkan, kadang mereka lupa atau tidak mau tahu seperti juga saya mungkin” Gumannya sambil berlalu. [Khiththati] - Tulisan ini sudah pernah dimuat di Majalah Notah Edisi 3 Tahun 2013






Tidak ada komentar:

Posting Komentar