Allahuli Allahuli Nikma Wali Nikma Wali Maula Ya Maula Ya Mulaulai,
Sallu Ala Alan Nabi Muhammadin Sallu Allai”
Lantunan
zikir ini dilantukan oleh sekelompok laki-laki di meunasah gampong, mereka
memakai baju putih dengan kopiah hitam Seragam. dengan lantunan syair dan gerak
tubuh beragam ,kalangan masyarakat aceh mengenal budaya ini dengan nama
meulikee dan ketika di gelar di bulan maulid dikenal dengan Likee Mauled.
Mereka
menggerakan badan kesamping depan dan kebelakang mereka duduk namun sesekali
mereka berdiri. Likee Maulid merupakan lantun salawat kepada nabi muhammad SAW
yang kemudian di iringi dengan kisah kelahiran beliau sebagai penghulu alam.
lantunan zikir ini di lantunkan dengan berbagai syair rima dan irama yang indah.
Lirik
Likee Ini Biasanya memuat tiga hal pertama sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW,
Kedua Puji-pujian Kepada Rasulullah dan ketiga adalah salawat yang di lantunkan
dengan syair syair yang indah. Sehingga tak jarang dulu Likee Ini di
perlombakan.
Budaya
meulike sudah masuk sejak ratusan tahun yang lalu di aceh, Ketua Majelis Adat
Aceh Badaruszaman menyakini budaya Meulikee
masuk ke Aceh di bawa oleh kaum muslim berkebangsaan Turki. Kerajaan Turki Dan
Aceh memang sudah mempunyai hubungan diplomatik yang cukup lama.
“Wate
lon ubiet nyan kana like, nyan sebagai hiburan, baroe jeh sabe na di tip tip
meunasah wate malam Jumat (dulu ketika saya masih kecil Tradisi Meulike sudah
ada dan itu sebagai hiburan tersendiri saat itu, dulunya selalu ada disetiap
meunasah setiap malam Jumat” Kisah Badruzzaman mengenang masa kecilnya.
“Wate
di baca Dalai di baca syit likee nya, kon like lage meu syae’ syit hayeu
(Ketika Membaca Dalail di bacakan juga Likee itu, Lagi pula Likee Itu di baca
dalam bentuk syair dan cukup menyenangkan untuk dikenang ” Tambahnya lagi
sambil tersenyum.
Badruzzaman
juga terkenang masa kecil ketika ia sudah dibiasakan oleh orang tuanya untuk
ke meunasah guna melihat, mendengar baik likee maupun dalail Kairat. Likee ini pun di
bacakan di selah selah syair dalail khairat saat beberapa orang mulai
beristirahat sebentar.
“Hiburan
anak zaman sekarang sudah banyak bukan seperti kami dulu” Tuturnya.
Likee
maulid biasanya diselenggarakan di meunasah Gampong pada hari keunduri maulid
di tempat tersebut. Mereka datang berkelompok dan membaca syair bersama yang di
pimpin oleh seorang Syeh atau syahi.
“Sigohlom
kenduri supot jih aleh leho na likee bak meunasah yang bisa jih di undang dari
gampong laen (sebelum kenduri sorenya setelah shalat zhuhur ada likee di
meunasah yang bisanya di undang grup like dari kampong lain)” ungkap Ibrahim
Ismail tokoh masyarakat gampong Tungkob.
“Sebenarnya
likee maulid hanya ada ketika empat bulan perayaan maulid itu di aceh, karena
yang membuat likee maulid berbeda dengan likee pada umumnya adalah dengan
sejarah kelahiran Nabi Muhammad yang kemudian di syairkan” Jelasnya lagi.
Sekarang
banyak tradisi telah tergerus moderenisasi, orang - orang mudah lupa dengan
tradisi indatu salah satunya likee ini.
Seperti halnya
Dahriani, ia mengatakan kegiatan Meulikee Mauled ini sudah lama tidak lagi
melihatnya, namun jika sesekali mendengarnya Dahrani merasa kembali terbawa ke
masa kecilnya yang sering melihat meulikee pada setiap acara di kampung.
“Masih
ada lagi yang sudah jarang saya lihat yaitu, Meurukon dan juga Dalai Khairat, saya
senang kalau maulid kadang kadang ada gampong yang ada like Maulidnya” Ujur
Dahriani.
“Anak
jaman sekarang mana tahu lagi tentang tradisi ini mereka taunya konser – konser
music modern, teman saya satu kampus saja waktu saya tanya, dia tau tapi nggak
mengerti apa yang di lantunkan, kadang mereka lupa atau tidak mau tahu seperti
juga saya mungkin” Gumannya sambil berlalu. [Khiththati] - Tulisan ini sudah pernah dimuat di Majalah Notah Edisi 3 Tahun 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar