|
Makan di Restoran Ied - Itaewon |
Jimin bingung menjelaskan bagaimana makanan yang
boleh dimakan oleh orang Islam. November
lalu ia memutuskan mengundang teman muslimnya untuk makan bersama keluarganya
dirumah. “saya tinggal bersama nenek dan ayah, saat mengatakan akan ada seorang
yang akan berkunjung untuk makan siang bersama, mereka sangat bersemangat tapi
ketika saya bilang kalau dia tidak bisa makan daging, mereka jadi khawatir
tentang menu makanan yang akan dihidangkan” Cerita Lee Jimin. “nenek waktu itu buru-buru kepasar membeli
beberapa sayur untuk membuat berbagai jenis Banchan untuk vegetarian karena saya juga bingung
menjelaskan tentang Halal” tambahnya lagi sambil tersenyum.
Orang Tua Lee Jimin juga mempunyai restoran khas
Korea bernama Kyobukdong Yetnal Bulgogi yang menyediakan daging sapi. Ayahnya
Youngho Lee merupakan kepala Koki dan dibantu oleh ibunya Sunhee Her. Saat orang tuanya menjamu saya
direstoran mereka, khusus hari itu mereka menyediakan cumi-cumi besar yang
dimasak ala Korea. “Disini hidangannya
self cooking jadi pemilik kedai hanya menyediakan semua bahan dan pengunjung
yang memasak” Ungkap Jimin sambil memasukan potongan-potongan cumi kedalam
wajan didepannya. Saya menjadi tamu spasial hari itu. “maaf ya bukan daging,
lain kali kami akan membeli yang khusus, sekarang masuk semua yang kamu mau”
tambahnya lagi sambil mengaduk- aduk cumi bersama bihun. Diatas meja ada
beberapa jamur, cabai hijau, paprika dan beragam Banchan, masakan self cooking
ala Koreanya biasanya dimakan tanpa nasi.
Menjawab rasa penasaran Jimin, saya mengajaknya menemui
Ahmed Syaukas pemilik restoran Taj Palace. Restoran yang terletak di Itaewon
ini menjadi langganan wisatawan muslim yang berlibur di Korea. Tempat yang
beralamat di jalan Usadan-ro, Yongsan-gu
nomor 39, masuk dalam lima restoran India yang paling
enak di Seoul. Restoran ini menyedikan berbagai makanan seperti Naan restoran
yang biasanya disantap dengan kari, beragam Curry seperti Butter Chiken, Tikka
Masala serta tak ketinggalan tandori Chiken, Lamp kabab dan Chai serta Lassi.
“Awal saya memulai tempat ini hanya ada beberapa
rumah makan halal dari Turki. Lihat sekarang hampir disepanjang jalan ini ada
tulisan halalnya” Kisah Ahmed Syaukas. Ayah dua orang anak ini berasal dari
Kasmir, India Utara sehingga banyak makanan bergaya Mughal di restorannya.
Mencoba peruntungan bisnis halal awal tahun 2000an setelah menjelajah tiga
tahun di Jepang. “semakin kesini peluangnya semakin meningkat setiap tahun
apalagi pemerintah turut mendukung” Tambahnya lagi.
“ada yang membuat saya penasaran apa itu Halal food”
tanya Jimin.
“First beside a pork, a food don't have any alcohol
contein (Pertama selain daging babi, didalam makanan tidak ada kandungan
alkohol)” Papar Ahmed sambil menuang Chai, teh khas India ke gelasnya. “and
than at halal restoran you cant sell a alcohol drink” Tambahnya lagi.
Halal adalah segala sesuatu yang diperbolehkan oleh
syariat untuk dikonsumsi. Terutama, dalam hal makanan dan minuman seperti yang
sudah dijelaskan didalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 173. Pada tahun 2012
Korsel memproyeksikan potensi pertumbuhan industri halal global mencapai 1,088
triliun dolar AS dan terus naik naik setiap tahunnya.
“Dulu jalan ini penuh dengan bar sehingga disebut
sebagai red high light namun sekarang coba lihat berapa banyak
perubahannya”kenang Ahmed sambil menunjuk ke sisi luar jendela luar
restorannya. Taj Palace berada dilantai dua food mart, disisi depannya ada
restoran India lain yang juga halal Foreign Food, Kebab Turkish, Turkish Cake
shop, dan lainnya.
|
Doenjang Jjigae sejenis sup sayuran dengan taoco
|
Menurutnya dulu saat awal bermukim di negeri gingseng hanya ada satu tempat yang menyediakan
makanan hal disebelah mesjid Itaewon. “kalau kalian kemesjid nanti coba lihat
didekat pintu masuk itu ada satu tempat menjual daging, itu yang paling tua dan
satu satunya, selepas shalat jumat kami membeli daging dan membawa pulang untuk
dimasak dirumah, lihat sekarang berapa banyak perubahan yang ada” sambungnya
lagi.
Ia menanyakan banyak hal kepada Ahmed tentang
makanan halal. “terkadang saya ingin mengajak teman untuk makan bersama di
restoran tapi kami hanya menyediakan daging sapi dan juga rumit menjelaskan ini
itu kepada orang tua” katanya lagi.
“Kamu bisa membeli daging yang halal untuk mereka”
saran Ahmed.
“didepan ini ada Internasional mart mereka selain
menjual produk luar juga menyediakan makanan yang halal”jelasnya lagi.
Mirah alumni Universitas Konkuk juga menceritakan
bagaimana awalnya susah menjelaskan tentang kenapa ia sering memilih menyibukan
diri dilaboratorium dan menolak undangan makan oleh teman-temannya. “Mereka
kalau makan pasti minum soju, arak dari beras khas disini dan terkadang juga
tempat makannya tidak ada menu yang bisa saya makan” Kisah Perempuan yang
mengambil jurusan tehnik pesawat terbang itu sambil tersenyum. Menurut Mirah
sebenarnya kalau dijelaskan mereka akan mengerti,” namun awalnya rumit sekali
untuk sekedar menjelaskan kenapa itu sekarang mereka sudah banyak yang lebih
paham” sambungnya lagi.
“Bibimbab sama Kimchi itu menu paling aman kalau
disini” ungkap Ruri mahasiswi pertukaran pelajar di Korea. “hari ini makannya apa?,
setiap hari makannya Bibimbab” tambahnya lagi sambil tertawa.
“Mencari makanan halal dan menjelaskannya susah
susah gampang disini”Ungkap Mutiara Hikmah salah seorang pelajar Indonesia di
Korea. Ibu seorang anak ini mengaku waktu awal-awal tinggal di korea masih
cukup susah, semua semuanya masak sendiri dengan beli bahan makanan di pasar,
atau beli bumbu indonesia yg di ekspor. kalaupun makan diluar paling biasanya
makan seafood. “tapi semakin kesini pemerintah korea makin friendly dengan
muslim, mereka membuat buku khusus panduan restoran halal di Korea, dan bikin
Halal Expo kalau mau jalan jalan jadi lebih mudah” Sambungnya lagi.
Menurut KTO (Korea Tourism Organization) Jumlah
wisatawan muslim yang berkunjung ke Korea pada tahun 2013 mencapai 624,000
orang dan meningkat setiap tahunnya. Pada pertengahan 2015 Sekitar 750.000
wisatawan muslim berkunjung. Hal ini membuat KTO bekerjasama dengan KFF (Korean
Food Foundation) membuat aplikasi yang dapat diunduh yaitu halalKorea beberapa
tahun lalu selain memuat tentang restoran halal, aplikasi ini juga memuat
jadwal shalat, arah qiblat dan lainnya.
Pada awal tahun 2015 seiring dengan terus
meningkatnya pelancong muslim KTO kembali menerbitkan buku panduan
”Muslim-Friendly Restaurants in Korea" yang dapat di Unduh gratis. Buku
ini berisi sekitar 118 restoran yang makanannya dapat dikonsumsi muslim. Dibagi
dalam lima kelompok yaitu 4 restoran halal-certified, 37
restoranself-certified, 24 restoran Muslim-friendly, 49 restoran
Muslim-welcome, dan 4 restoran pork-free.
Serifikat halal dikeluarkan oleh Korea Muslim
Federation (KMF) berdasarkan kriteria halal, lembaga ini sudah berdiri sejak
tahun 1967. Untuk Self-Certified adalah restoran yang mengunakan bahal-bahan
halal tapi belum mendapatkan sertifikat.
Muslim-friendly adalah restoran yang dikelola oleh
muslim tetapi masih menjual alkohol. Muslim-welcome adalah restoran yang
menyajikan menu vegetarian dan menu bebas daging babi. Sementara itu, restoran
yang masuk dalam kategori Free-pork adalah restoran yang tidak menyajikan
daging babi tetapi memiliki daging tidak halal lain.
Panduan ini juga mengelompokkan 36 menu makanan
Korea yang terkenal ke dalam 4 kategori, yaitu sayuran saja, makanan berbahan
seafood, makanan berbahan sayur dan seafood, dan makanan berbahan daging tetapi
bukan babi.
“Bisnis halal disini tumbuh dengan cukup baik, kalau
berkeliling di Itaewon kalian akan bertemu tiga restoran yang khusus menjual
menu tradisional Korea dan mereka semuanya sibuk”papar Ahmed.
“Kalau dulu
banyak muslim yang ingin mencicipi takut tidak halal tapi sekarang semuanya
jadi lebih mudah walaupun untuk terus berdenyut sasaran kami 70% adalah
penduduk lokal yang ingin mencoba makanan halal”tambahnya lagi. Dulu Ahmed
memiliki tiga restoran India halal selain di Itaewon juga ada di Myoengdong dan
Gangnam “karena terlalu ramai yang dua lagi terpaksa saya tutup karena nggak
ada waktu beristirahat.”
Selesai berdiskusi dengan pemilik Taj Palace
Restoran, saya mengajak Jimin berkunjung ke Masjid yang terletak tidak jauh
dari situ. Diteras mesjid terdapat banyak brosur dan juga buku panduan tentang
muslim yang dapat diambil secara gratis. Ia mengambil sebuah buku tentang “ Why
Pork dan Alcohol Forbiden For Muslim” dan
brosur tentang makanan halal. “now am now what you want and letter when
you come back to Korea, we will surve you a very delicius food”ungkap Jimin
tersenyum. Khiththati - [Tulisan ini sudah dimuat di Majalah Santunan Edisi Desember 2015 dengan judul Bisnis Halal di Korea Selatan].