Senin, 13 Oktober 2014

Ramadhan dan Idul Fitri di negeri Gingseng

Hari itu minggu tanggal 27 July semuanya masih tampak sama muslim di korea masih menunggu pengumuman tentang kabar datangnya Idul Fitri padahal waktu berbuka puasa hampir dua jam berlalu. Tepat Setelah Shalat insya selesai di Seoul Central Mosque atau yang lebih dikenal dengan Mesjid Itaewon pada pukul setengah 10 malam  Perayaan Idul Fitri yang jatuh keesokan harinya di umumkan oleh KMF (Korean Muslim Fondation) dan pelaksanaan Shalat Ied akan di laksanakan tepat pada pukul 10 pagi.

Foto Bersama Setelah Shalat Idul Fitri

Hampir sama seperti sebulan yang lalu KMF baru menetapkan hari pertama Ramadhan setelah mendapat hasil Musyawarah dari dewan Ulama di Malaysia. Muslim Korea memang tidak banyak hanya 1 persen dari penduduk korea namun  banyak yang menghiasi wajah muslim Korea kebanyakan dari mereka adalah para pendatang muslim baik pekerja maupun pelajar bahkan beberapa dari mereka menetap dan menikah dengan warga asli Korea. Sehingga untuk urusan keagaman disini sangat beragam dan KMF bekerja sama dengan ulama yang ada di malaysia termasuk dalam pemberian sertifikat makanan halal.

Makanan Berbuka Hari Pertama Bersama Timun kerok ala Aceh

Bulan ramadhan di Korea Jatuh pada musim panas itu membuat menjalankan rukun islam ini tidak mudah. Kalau di Aceh semua toko akan di tutup nah disini saat musim panas penjual es Cream dan makanan dingin lainnya ada di mana mana di tambah lagi musim panas di Korea memiliki kelembapan udara yang tinggi istilahnya mudahnya hanya duduk duduk di kamar tanpa AC akan buat baju basa dengan keringat belum lagi dengan banyaknya mereka yang bepakaian terbuka khas musim panas.

Jadwal Puasa Dari KMF

Belum lagi tidak ada makanan berbuka puasa khas Aceh seperti timun kerok, putu dan lainnya namun beruntung saya bekerja part time di salah satu restoran halal di Itaewon sehingga untuk berbuka dan bungkusan makanan untuk sahur saya menghemat, bahkan setiap hari sang koki walaupun bukan muslim selalu menyediakan makanan berbuka untuk saya. Ketika bertemu sesama muslim mereka akan berkata “ Ramadhan Kareem Sister”.

Buka Puasa Ala Indonesia
Sahur disini berakhir hampir pukul setengah 4 pagi setiap harinya dan magrib baru datang menjelang pukul delapan malam. Mesjid Itaewon menyediakan buka puasa bersama setiap harinya dari para donatur muslim dengan perserta 300 sampai 400 orang dan untuk akhir pekan mencapai seribu sampai dua ribu orang yang datang dari seluruh penjuru Korea, Mesjid ini adalah yang terbesar di Korea. Sedangkan di kedutaan besa Indonesia Buka puasa bersama selalu di laksanakan pada hari sabtu.

Buka Puasa Ala Restoran India bersama Timun Kerok

Shalat Tarawih dilaksanakan pada pukul 10 malam namun saya sangat jarang bertarawih di Mesjid karena lamanya waktu dan terbatasnya pengetahuan  tentang alat transportasi lain selain Subway. Pernah satu malam selepas tarawih saya berhasil mengejar kereta terakhir namun berhenti jauh dari kos sehingga malam itu saya harus berjalan lebih dari satu jam di tengah malam untuk pulang namun karena ini Korea tentu saja sangat aman.

Ketika mulai Ramdahan banyak yang bertanya karena ketidak tahuan mereka tentang ibadah puasa “Kenapa kamu tidak makan”? “Apa kamu tidak akan mati kalau berpuasa sebulan”? “Berarti kalau minum bolehkan” sambil menawarkan minum. Ada juga yang bertanya “pasti saat kecil kalau disuruh puasa Menangis ya”? dalam pengertian mereka bahwa ibadah ramdahan selama sebulan maka selama itu pula tidak di perbolehkan makan.

Saat Ramadhan berakhir banyak teman yang berkata “ Wah bahagianya sekarang sudah bisa makan lagi”. Hampir semua pertanyaan di jawab dengan senyum dan saya selalu berkata Tidak apa apa dan sebenarnya muslim selalu senang dengan Ramdhan begitu juga saya.

Makan Rendang Dan Opor Ayam :)

Saat Idul Fitri tiba maka keragaman dan tolerasi akan lebih terlihat disini. Pagi hari Islamic Street sudah penuh dan para polisi pun bersiaga untuk mengamankan pelaksanaan Shalat. Panitia terlihat sibuk menyiapkan lokasi dan makanan yang akan di bagi Selepas Shalat. Anak- anak kecil dengan berbagai perpaduan wajah mudah untuk di temui pada shaf perempuan terlihat para mualaf wanita memakai baju Shilwar yang menandakan kebanyakan suami mereka datang dari India atau Pakistan.
Semuanya menyambut Idul fitri dengan gembira walaupun jauh dari kampung halaman. Ini idul fitri yang paling beragam dalam hidup saya. Selepas dari mesjid perayaan Idul fitripun tak terlihat lagi namun Islamic Street tetap ramai mereka beramai ramai singah dan makan di restoran halal yang banyak terletak disitu.

Islamic Street Di hari Raya
Hari itu walaupun tanpa Timpan, Sie Reboh dan keluarga saya juga bersuka menyambut idul fitri dengan sesama saudara di perantauan dan sore harinya saya di undang oleh salah satu keluarga Indonesia di Korea untuk bersilaturahmi. Akhirnya saya tetap makan lontong juga di Idul Fitri kali ini.

Tetap ada lontong dong :)



4 komentar:

  1. Waaaah...berpuasa dan hari raya di kampung orang emang menyenangkan ya. Meski banyak sedih-sedihnya juga. Hahaha...
    Emang bener aman ya di Korea? ga ada kriminal gitu? *penasaran*

    BalasHapus