Selasa, 18 Februari 2014

Kesan Pertama Di Negeri Gingseng (Reportase)

Apa yang terpikirkan jika anda harus pergi keluar negeri untuk pertama kali sendiri? tanpa pernah di kunjungi sebelumnya? Datang sendiri dan tidak ada yang menjemput dan belum bisa berbicara dengan bahasa mereka? Kesasar atau nyasar itu kata yang mungkin terpikirkan. Begitu juga dengan saya ketika pertama sekali mengetahui bahwa penerbangan saya ke korea selatan harus di tunda sehari, itu artinya tidak ada yang menunggu di bandara dan tidak ada bus gratis kesekolah. Berbekal alamat kampus dan nomor telp petugas administrasi sekolah, saya mendarat di bandara Incheon tepat pukul 15.30 waktu Korea. Perbedaan waktu di Korea Selatan sekitar dua jam lebih cepat di bandingkan waktu Indonesia barat.

Pesawat Ke Inchoen

Incheon sangat luas, teratur, rapi, bersih serta nyaman, tak salah beberapa jajak pendapat menempatkan bandara ini sebagai bandara terbaik di dunia dari segi pelayanannya terhadap penumpang. Saat turun dari pesawat kita harus segera mencari kereta api yang akan mengangkut kita ke pusat imigrasi yang ada di bandara anda juga sesekali akan mendengar penguguman dari pengeras suara dengan mengunakan empat bahasa yaitu Korea, Inggris, China dan Jepang. Para pendatang di minta melakukan finger prin dan foto seluruh muka sambil pasport di periksa itu semua di lakukan dengan antrian yang sangat teratur setelah selesai kita dapat mengambil bagasi dan menukar uang kedalam mata uang korea won, saat itu 1 won sama dengan 10 rupiah. Tidak ada yang berebut mengangkut koper.

Di Airport


Setelah itu saya segera mencari tempat penjualan tiket bus menuju Daejeon. Takut salah alamat yang di maksud saya hanya menyebutkan bus daejeon dan sang kasir langsung menunjukan tempat, jam berangkat dan jumlah uang yang harus di bayar. Karena bingung saya mengeluarkan semua uang yang ada di dompet dan sambil tersenyum sang kasir hanya mengambil 3 lembar uang 10.000 won yang bergambarkan raja Sojong dan mengembalikan 6.000 won jumlah itu sama seperti yang tertera di tiket.

Kereta di Bandara


Mencari bus di luar bandara tidaklah susah, hanya perlu tepat waktu berada di terminal yang telah di tentukan. Bus yang ada di bandara sangat nyaman dengan televisi dan sinyal wi fi (saya pernah naik ke bus yang ada di bandara Seokarno Hatta Jakarta dan bandara di Malaysia namun ini benar benar nyaman dan bersih). Jarak antara incheon menuju daejeon bisa di tempuh selama tiga jam dan sepanjang jalan sangat bersih dan terlihat sawah yang hijau (makan pokok penduduk korea merupakan beras), jalanan yang teratur tak terlihat sepeda motor dan tak banyak mobil pribadi (mereka lebih memamfaatkan angkutan umum). Mungkin saya terlihat kampungan namun semuanya di lakukan secara otomatis begitupula dengan jalan tol tanpa penjaga dan tanpa polisi sepanjang jalan bus akhirnya berhenti di daejeon terminal komplex.

Jadwal Bus

Tiba pukul 20.30 pm di terminal bukan berarti perjalanan ini sudah selesai saya haru mencari bus atau taksi menuju kampus Geumgang University yang berjarak kurang lebih dua jam perjalanan lagi. Karena sudah sangat malam pilihan saya jatu pada taksi. Mencari halte taksi merupakan kesulitan sendiri karena orang orang yang saya temui rata rata tidak bisa berbahasa Inggris, menggunakan berbagai bahasa isyarat sampai lah saya di halte. Walaupun tidak ada aturannya semua taksi dan penumpang harus antri. Dengan alamat yang tidak dalam bahasa korea membuat banyak supir taksi yang bingung, saya harus menunggu hampi 30 menit sampai seorang ibu menanyakan saya hendak kemana masih dalam bahasa korea sambil tersenyum saya menunjukan alamat dan ia pun memberhentikan sebuah taksi dan pergi.

Taksi itu di supiri oleh seorang wanita, ia memajang foto anaknya di dekat kaca, saat saya memberikan alamat ia langsung melacaknya melalui alat navigator yang ada, itu ia berbicara panjang lebar dan tak satupun dapat saya mengerti. Namun akhirnya ia mendapatkan cara dengan mencari seseorang yang dapat bisa berbicara bahasa inggris dan setelah di jelaskan saya jadi tahu ia mengatakan akan sangat mahal untuk naik taksi apakah saya tetap akan melakukannya dan apakah saya punya cukup uang semuanya menghabiskan sebanyak 44.000 won. Selama perjalanan tidak ada percakapan yang terjadi setiap ia mengatakan sesuatu saya hanya tersenyum. Supir taksi di korea selalu di tuntun oleh alat navigasi saat beroperasi itu akan mengigatkan mereka akan jarak, waktu dan kecepatan maksimum (lagi lagi saya kampungan karena alat navigasinya akan berbicara setiap belokan, jalan baru masuk tol dan kilometer yang telah di lewati).

Tiket Bus Ke Deajoen


Sesampai di kampus supir taksi tadi membantu saya menelpon pihak kampus karena SIM Card indonesia tidak bisa di gunakan (Karena Hp Saya Bukan 3G) kecuali untuk beberapa jejering sosial asal Korea. Taksi itu menurunkan saya tepat di depan asrama sesuai arahan adminisratif kampus, membungkuk sambil mengucapkan selamat tinggal dan pergi. Jadi pertanyaan saya pada awalnya terjawab sudah. Saya sampai dengan selamat walaupun buta daerah yang akan di kunjungi. Saya tidak tahu daerah lain namun berpergian seorang diri ke Korea sangatlah aman dan ini patut di contoh oleh daerah Aceh yang sedang mengalakan tahun kunjungan wisata, semuanya aman dan nyaman.

#Tulisan ini sudah di publikasikan pada Harian Serambi Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar