Selasa, 18 Februari 2014

Kisah Jilbabku (Reportase)

Bagaimana rasanya setiap berjalan selalu di perhatikan? Merasa terkenal atau gimana? Tapi nanti dulu yang memperhatikan adalah para orang tua ataupun anak-anak. Apa yang membuat mereka tertarik? Jawabanya adalah jilbab. Ya simpel itu yang membuat mereka melihat dan terkadang bertanya.

First Snow
Memakai jilbab memang hal yang biasa di Aceh bahkan ketika pertama sekali menginjakan kaki di negeri gingseng masih terpikir itu adalah yang yang biasa karena banyak perempuan terlihat memakainya di bandara dan hampir semuanya adalah pendatang. Namun begitu sampai kekampus semuanya berubah banyak yang menanyakan tentang hijab ini. Pertama karena kampus ini terletak di desa yang hampir semua penduduknya adalah orang tua kecuali mahasiswa tentunya terlebih hanya saya pelajar asing yang memakai jilbab walaupun ada lima mahasiswi muslim di kampus ini.

Dengan Baju Tradisional Korea :)
Saya kuliah di Geumgang University letak kampus ini ada di Chungcheongnam-do, Nonsan tepatnya di  kaki gunung Gyeryong salah satu tempat yang dianggap Keramat oleh masyarakat Korea Selatan. Berjilbab di Seoul Ibu kota Korea mungkin hal yang biasa namun Nonsan adalah kota kecil yang bahkan banyak penduduknya tidak memeluk agama dan tidak mengenal Islam. Saat saya berkeliling dan jalan jalan selalu ada yang  heran dan mulai bertanya saya dari mana? Apa yang saya kenakan? Kenapa saya berpakaian seperti ini? Dengan pengetahuan yang kurang akan bahasa korea terkadang saya hanya menjawab singkat dan tersenyum dari pada di anggap tidak sopan, terlebih di Korea berbicara dengan orang tua harus memakai bahasa yang formal berbeda ketika berbicara dengan teman seumur.

With Jenderal Lee Sun shin
Sering kali saya di kejutkan dengan keheranan mereka, pernah suatu hari saya sedang menunggu bus lalu tiba tiba seorang ibu datang dan langsung memengang kepala saya, terkejut tentu lalu ia mulai melontarkan banyak pertanyaan. Dilain waktu ada ibu datang dan bertanya nama, agama saya bagaimana saya berdoa? Siapa Tuhan saya? Tentu sulit untuk di jelaskan. Kadang kadang mereka bertanya apa saya tidak punya rambut? Apakah saya bisa menikah dan banyak pertanyaan lainya yang terkadang lucu.

Tidak hanya orang tua tetapi ternyata anak anak juga tertarik, mereka sering kali berhenti di sekeliling saya dan menatap lama sampai sampai ada seorang ibu yang mengajak anaknya bersalaman dengan saya. Di lain hari ada dua gadis kecil yang bemain main dengan neneknya lalu dan sesekali menoleh karena ini terjadi sampai beberapa lama sang nenek pun menawarkan saya ikut makan kue bersama. Banyak yang menarik memang namun tidak selamanya menyenangkan kadang kala ada yang memandang dengan penuh selidik, melihat dengan sinis. Namun harus tetap dibalas dengan tersenyum.

At Beakje Festival In Gonju
Teman-teman sekelas awalnya juga menanyakan kenapa memakai penutup kepala dan banyak pertanyaan yang lain, beberapa diantara mereka tidak begitu mengenal islam dan bagaimana muslim beribadah apa yang muslim makan apa yang tidak. Terkadang ada yang mengatakan tidak apa-apa tidak menutup kepala karena tidak ada orang yang mengetahui kalau di kampus nanti kalau sudah pulang kampung baru di tutup lagi. Namun ada juga yang sengaja datang kekamar untuk melihat bagaimana caranya muslim berdoa (Shalat).
Akhir-akhir ini mereka juga banyak bertanya, seperti Adriana salah seorang mahasiswi dari Polandia. “Di negara saya sesekali juga saya melihat perempuan menutup kepala seperti kamu namun saya tidak berani bertanya dan menegur karen




Di Banpo Brige

a mereka agak tertutup dan warna hijabnya selalu gelap, awalnya saya mengira hanya itu warnanya tidak boleh memakai yang lain namun melihat warna hijabmu sepertinya lebih menarik”. 

Saya memang membawa beraneka warna jilbab walaupun tidak bisa memakai dengan bermacam model namun karena selalu memadu-madankan dengan warna pakaian membuat teman teman yang lain tertarik. “Sepertinya Aku akan memakai seperti kamu di musim dingin dengan bermacam macam warna” Ujar Ameli dari Canada.


Di kelas
Senang rasanya banyak yang bertanya dan tertarik dengan jilbab saya, sekaligus dapat memberikan pandangan tentang islam. Terkadang ingin sekali mengutip kata-kata dalam film My Name Is Khan “ Jilbabku bukan hanya simbol dari agamaku tapi jilbabku adalah tanda keberadaanku”.

#Tulisan Ini telah di publikasikan di Harian Serambi Indonesia

Not : Foto Buat Mejeng Doang hehehehehehe Gimana Gitu hehehehehe

7 komentar:

  1. assalamualaikum,kak
    mau nanya dong,kak.gmana caranya mengatur ke uangan untuk biaya makan,dll di korea?.Apa harus kerja paruh waktu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaikumsalam, maaf baru balas, baru sempat liat liat lagi setelah lama ditinggali. kalau beasiswanya penuh ya nggak papa asal hemat aja tapi kalau beasiswanya nggak penuh kerja part time bisa jadi salah satu pertimbangan yang baik.

      Hapus
  2. kak boleh minta info kontaknya?

    BalasHapus
  3. Ka klo kuliahnya pke uang sendiri biasanyaa biayanya brpa? Klo kerja part time ada yang boleh pke hijab ga?

    BalasHapus
  4. Ka klo kuliahnya pke uang sendiri biasanyaa biayanya brpa? Klo kerja part time ada yang boleh pke hijab ga?

    BalasHapus
  5. 언님 안녕하십니까?,(저 여자예요)kak mau tanya dong,selama kakak kuliah disana tempat tinggal,uang,daftar universiatas,kakak sendiri yg urus?bagaimana caranya?

    BalasHapus