Kenapa kita harus bicara tentang merantau? Ini sama
sekali nggak ada hubungannya dengan film yang di bintangi oleh Ike Iwais
(hehehehe- karena saya nontonnya Cuma sekali jangi nggak begitu ingat). Ini tentang pergi meninggalkan kampung halaman
untuk bekerja, belajar atau melakukan hal yang lainnya atau kalau mau lebih
keren orang-orang menyebutnya dengan
hijrah.
Kalau kata Imam Syafi’i “Merantaulah, kau akan
mendapat pengganti kerabat dan teman. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa
setelah lelah berjuang” ini mengigatkan saya pada hari saya di yudisium di Fakultas
Hukum Unsyiah (waktu itu dekannya pak daud ngomong gini) katanya lagi kalau mau
sukses kita ya harus merantau dan ketika itulah kita akan belajar banyak hal.
Saya juga mendapat penganti yang saya tinggalkan
pelan pelan. Suatu hari ketika melewati tempat penjualan Tokppoki di pingir
jalan Konkuk University. Saya melihat seorang ibu setengah baya lebih tua dari
mak. dia duduk di kios kecilnya. Hari seminggu pertama saya hanya lewat dan
tersenyum, minggu kedua saya membeli jajanan yang ada di situ dan mulai
berbicara. Selanjutnya saya selalu lewat menyapanya tanpa membeli setiap hari
dia memberikan saya makanan gratis terkadang ketika makan saya mengoyang2kan
kaki dan dia melihatnya dengan tersenyum. Hingga suatu hari.
"Oh Uri dal wasoe?? (wah anak ku sudah
datang)" Kata Omoni penjual Tokpokki di pinggir jalan. "Ne Ommonim
(iya mak)" jawab sambil tersenyum. " Onel Hindero Machi (Hari ini
agak buruk ya nggak)?" Tanyanya lagi. "Aneyeyo Ommonim Mannayoe,
Heungbokheyoe (Ketemu sama Ibu jadi bahagia)" Jawab saya lagi.
Eh langsung di kasih Odeng ma tokppoki gratis dan
yang lebih mencengangkan dia ambil tas dengan dua jaket di dalamnya,ada
pelembab dan sabun mandi juga plus Kim alias Rumput laut. Keesokan harinya saya
di beri sepatu dan kaus kaki. Lalu dia juga memberikan saya nomor telp, ini
katanya.
“Hidup sendiri itu susah dan angaplah saya sebagai
penganti ibu mu disini kalau sakit atau ada masalah telp saya” katanya.
Hari itu saya pulang dengan terharu dan mengantongi
nomor telpnya, ia juga memperkenalkan saya sebagai anak nya dari indonesia. Bahagia
pasti karena hal yang seperti itu sangat jarang terjadi.
Bicara tentang merantau tidaklah mudah karena butuh
keberanian dan juga percaya diri yang tinggi untuk tetap bertahan, jadi bukan
sekedari pergi dan kemudian pulang (hehehehe). Merantau susah untuk di pikirkan
dan lebih susah lagi untuk di jalani bagi yang tidak bersabar, “Sungguh di
dalam sabar ada pintu sukses dan impian kan tercapai” Kalau ini kutipan dari
buka ranah 3 warna.
Awalnya kita mungkin lelah, sakit dan kecewa karena
tidak mendapat apa yang kita harapkan namun kalau kita lihat lagi kebelakang
nanti jalan seperti apa yang sudah di lalui kita akan yakin bahwa setiap doa
pasti akan terkabul dalam perantauan (amin).
Namun ini juga untuk saya, banyak hal yang sudah
saya pelajari dan dapat dari perantauan. Sedihnya banyak, air mata juga banyak
namun senang dan pengalaman yang di dapat juga banyak. Karena hidup adalah dua
sisi mata uang yang berbeda sehingga semuanya ada sisi yang bertolak belakang. Selamat
merantau dan persiapkan diri dengan baik sehingga di perantauan bisa bertahan.
Semangat J (untuk saya
juga).
selamat merantau :D
BalasHapusMakasih Haekal, apa kabar dek?
Hapus