Senin, 03 Maret 2014

Merantau

Kenapa kita harus bicara tentang merantau? Ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan film yang di bintangi oleh Ike Iwais (hehehehe- karena saya nontonnya Cuma sekali jangi nggak begitu ingat).  Ini tentang pergi meninggalkan kampung halaman untuk bekerja, belajar atau melakukan hal yang lainnya atau kalau mau lebih keren orang-orang menyebutnya dengan  hijrah.

Kalau kata Imam Syafi’i “Merantaulah, kau akan mendapat pengganti kerabat dan teman. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang” ini mengigatkan saya pada hari saya di yudisium di Fakultas Hukum Unsyiah (waktu itu dekannya pak daud ngomong gini) katanya lagi kalau mau sukses kita ya harus merantau dan ketika itulah kita akan belajar banyak hal.



Saya juga mendapat penganti yang saya tinggalkan pelan pelan. Suatu hari ketika melewati tempat penjualan Tokppoki di pingir jalan Konkuk University. Saya melihat seorang ibu setengah baya lebih tua dari mak. dia duduk di kios kecilnya. Hari seminggu pertama saya hanya lewat dan tersenyum, minggu kedua saya membeli jajanan yang ada di situ dan mulai berbicara. Selanjutnya saya selalu lewat menyapanya tanpa membeli setiap hari dia memberikan saya makanan gratis terkadang ketika makan saya mengoyang2kan kaki dan dia melihatnya dengan tersenyum. Hingga suatu hari.

"Oh Uri dal wasoe?? (wah anak ku sudah datang)" Kata Omoni penjual Tokpokki di pinggir jalan. "Ne Ommonim (iya mak)" jawab sambil tersenyum. " Onel Hindero Machi (Hari ini agak buruk ya nggak)?" Tanyanya lagi. "Aneyeyo Ommonim Mannayoe, Heungbokheyoe (Ketemu sama Ibu jadi bahagia)" Jawab saya lagi.

Eh langsung di kasih Odeng ma tokppoki gratis dan yang lebih mencengangkan dia ambil tas dengan dua jaket di dalamnya,ada pelembab dan sabun mandi juga plus Kim alias Rumput laut. Keesokan harinya saya di beri sepatu dan kaus kaki. Lalu dia juga memberikan saya nomor telp, ini katanya.
“Hidup sendiri itu susah dan angaplah saya sebagai penganti ibu mu disini kalau sakit atau ada masalah telp saya” katanya.

Hari itu saya pulang dengan terharu dan mengantongi nomor telpnya, ia juga memperkenalkan saya sebagai anak nya dari indonesia. Bahagia pasti karena hal yang seperti itu sangat jarang terjadi.
Bicara tentang merantau tidaklah mudah karena butuh keberanian dan juga percaya diri yang tinggi untuk tetap bertahan, jadi bukan sekedari pergi dan kemudian pulang (hehehehe). Merantau susah untuk di pikirkan dan lebih susah lagi untuk di jalani bagi yang tidak bersabar, “Sungguh di dalam sabar ada pintu sukses dan impian kan tercapai” Kalau ini kutipan dari buka ranah 3 warna.
Awalnya kita mungkin lelah, sakit dan kecewa karena tidak mendapat apa yang kita harapkan namun kalau kita lihat lagi kebelakang nanti jalan seperti apa yang sudah di lalui kita akan yakin bahwa setiap doa pasti akan terkabul dalam perantauan (amin).



Namun ini juga untuk saya, banyak hal yang sudah saya pelajari dan dapat dari perantauan. Sedihnya banyak, air mata juga banyak namun senang dan pengalaman yang di dapat juga banyak. Karena hidup adalah dua sisi mata uang yang berbeda sehingga semuanya ada sisi yang bertolak belakang. Selamat merantau dan persiapkan diri dengan baik sehingga di perantauan bisa bertahan.


Semangat J (untuk saya juga).

2 komentar: